Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Transplantasi Jantung, Bagaimana Jika Tubuh Lakukan Penolakan?

Transplantasi jantung salah satu cara pemulihan bagi penderita jantung bila cara melalui obat-obatan atau pembedahan tidak berhasil. Apa efeknya?

5 Desember 2021 | 16.15 WIB

Ilustrasi operasi. Sumber: Universal Images Group Editorial/mirror.co.uk
Perbesar
Ilustrasi operasi. Sumber: Universal Images Group Editorial/mirror.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Istilah transplantasi jantung mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Transplantasi atau pencangkokan jantung biasanya digunakan sebagai cara penyembuhan atau pemulihan kesehatan. Salah satu organ yang bisa ditransplantasikan adalah organ jantung. 

Ditinjau dari segi bahasa, istilah transplantasi berasal dari bahasa inggris, to transplant atau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan definisi transplantasi adalah pemindahan jaringan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain atau pencangkokkan. Dengan demikian, transplantasi jantung adalah pemindahan organ jantung yang berasal dari tubuh sendiri atau orang lain guna menggantikan jaringan tubuh yang sudah tidak berfungsi melalui rangkaian tindakan kedokteran.

Sebagaimana dijelaskan dalam lib.ui.ac.id, dalam proses transplantasi, terdapat pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak tersebut adalah pihak yang memberi (donor) organ tubuh atau jaringan tubuh dan pihak yang menerima (resipen). Untuk melakukan transplantasi jantung, dapat dilakukan, baik ketika pendonor masih hidup maupun sudah meninggal.

Namun, perlu diperhatikan, apabila pendonor masih hidup ingin mentransplantasikan atau menyumbangkan organ jantungnya harus dalam keadaan pendonor sudah memeroleh jantung pengganti. Sementara itu, transplantasi dengan orang yang sudah meninggal dapat dilakukan dengan keadaaan kondisi batang otak sudah mati tetapi organ jantung masih berfungsi dengan baik, dijelaskan dalam pspk.fkunissula.ac.id.

Transplantasi jantung dilakukan sebagai cara penyembuhan apabila penderita penyakit jantung tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau proses pembedahan, dilansir dari repository.untag-sby.ac.id. Setelah proses pembedahan untuk tranplantasi, resipen akan diberikan obat immunosupresan. Obat ini berfungsi untuk mencegah penolakan transplantasi, sebagaimana dijelaskan dalam my.clevelandclinic.org.

Respons tubuh terhadap proses transplantasi berupa komplikasi yang bisa berujung kematian, mengutip dari repository.untag-sby.ac.id. Meskipun potensinya kecil, tetapi tidak menutup kemungkinan tersebut. Untuk transplantasi jantung, tubuh biasanya akan merespons dengan demam, denyut jantung cepat atau abnormal.

Namun, transplantasi jantung bisa menyebabkan tekanan darah rendah, pembengkakan, dan penimbunan cairan di dalam paru-paru jika jantung tidak berfungsi dengan baik. Penolakkan transplantasi oleh tubuh bisa disertai dengan gejala ataupun sebaliknya. Dokter akan melakukan biopsi jika diduga mengalami penolakan. Akan tetapi, apabila sudah terbukti terjadi penolakan, dokter akan melakukan penyesuaian dosis obat immunosupresan.

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Kunci Sukses Cangkok Jantung Mantan Wapres AS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus