Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Trust issue menjadi salah satu istilah bahasa Inggris yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, baik di dunia nyata maupun media sosial. Selain itu, kata trust issue juga menjadi salah satu topik pembahasan dalam kegiatan berbasis ilmiah, terutama penelitian di bidang psikologi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laman Merriam Webster, trust (kata benda) berarti mempercayai, sedangkan issue (kata benda) bermakna masalah. Lantas, apa itu trust issue?
Pengertian Trust Issue
Melansir laman bimawa.uad.ac.id, trust issue merupakan kondisi di mana seseorang yang tidak mudah percaya dengan orang lain. Bagi orang yang mengalami trust issue, perasaan curiga dan tidak nyaman akan muncul ketika berinteraksi sosial, sehingga cenderung menjauhi lingkaran pertemanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Senada dengan hal itu, mengacu pada repository.uinsaizu.ac.id, trust issue merujuk pada kesulitan yang dihadapi individu dalam mempercayai orang lain. Dengan demikian, trust issue mencakup hambatan yang dihadapi seseorang, sehingga mengalami kesulitan untuk menaruh kepercayaan penuh terhadap individu lain atau kelompok.
Kemudian, menurut Atohema: Jurnal Teologi Pastoral Konseling (2024), trust issue adalah suatu keadaan di mana seseorang menjadi pribadi yang tidak mudah percaya dengan orang lain. Tanpa adanya kepercayaan, maka sulit bagi individu untuk membangun hubungan yang benar-benar intim dan bahagia.
Ciri-Ciri Trust Issue
Terdapat beberapa tanda yang menunjukkan seseorang mengalami trust issue, meliputi:
- Merasa kepercayaan yang diberikan telah dikhianati, baik karena alasan yang jelas maupun kabur.
- Mempunyai prasangka bahwa orang lain akan kembali mengkhianati di masa depan, tanpa adanya alasan yang mendasari.
- Menunjukkan perlindungan berlebihan terhadap orang-orang yang dicintai (over-protective), merasa cemburu, dan takut ditinggalkan.
- Memilih untuk menjauhi orang lain dan membatasi hubungan, karena rasa takut akan pengkhianatan.
- Menghindari terbentuknya komitmen dalam hubungan, karena takut terluka.
- Sulit memaafkan kesalahan kecil, karena terus-menerus menaruh rasa curiga dengan kebaikan orang lain.
- Menunjukkan rasa curiga dan kewaspadaan terhadap orang-orang yang mendekatinya.
- Merasa kesepian dan cenderung mengisolasi diri, karena sulit untuk membuka hati atau membangun hubungan yang baru.
Penyebab Trust Issue
Trust issue dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Pengalaman Masa Lalu
Trauma yang diderita seseorang bisa berasal dari pengalaman buruk di masa lalu. Kekecewaan yang terjadi di masa kecil atau remaja menjadi pemicu dari timbulnya masalah kepercayaan pada orang dewasa.
Hubungan Asmara
Salah satu penyebab trust issue adalah persoalan dalam hubungan percintaan. Seseorang yang pernah diselingkuhi, dibohongi, mengalami kekerasan, atau diperlakukan dengan hal-hal buruk lainnya oleh orang yang dicintai cenderung merasa takut berlebihan, ketika harus membangun hubungan baru.
Konflik Keluarga
Permasalahan dalam keluarga juga bisa memicu hilangnya kepercayaan diri pada seseorang. Misalnya, seorang anak yang sering dibanding-bandingkan dengan orang lain, dituntut untuk selalu berprestasi, diabaikan, atau bahkan menjadi korban kekerasan dari orang tua akan mengalami trauma dan takut untuk berkomitmen.
Dampak Trust Issue
Trust issue yang dialami seseorang akan menimbulkan beberapa efek negatif, antara lain:
- Mengakibatkan seseorang merasa rendah diri.
- Mengurangi kesempatan untuk mengenal orang baru atau mengambil kesempatan baru.
- Memicu perilaku abuse atau kekerasan terhadap orang lain sebagai bentuk pertahanan diri.
Selain itu, dampak besar dari perilaku trust issue, yaitu:
- Covert behavior (tertutup): sikap tertutup menyebabkan timbulnya stres berkepanjangan, sehingga seseorang cenderung mudah tersinggung dengan hal-hal kecil.
- Pikiran negatif: menimbulkan rasa iri atas nikmat yang diperoleh orang lain dan berperilaku posesif terhadap orang-orang yang dicintainya.
- Overthinking (pikiran berlebihan): pikiran yang berlebihan dapat berimbas pada siklus tidur, seperti tidur terlalu larut malam, sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari, atau bahkan terobsesi terhadap sesuatu.
Cara Mengatasi Trust Issue
Untuk mengatasi trust issue, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan, meliputi:
1. Belajar Mengikhlaskan
Memulai langkah untuk memaafkan kesalahan orang lain dan melupakan kejadian di masa lalu yang tidak menyenangkan adalah cara terbaik untuk menangani trust issue. Perlu disadari bahwa peristiwa di masa lalu tidak dapat diubah dan diulang kembali, sehingga rasa dendam harus dikurangi dari pikiran, serta menyadari bahwa setiap orang pernah melakukan kesalahan.
2. Hindari Kebiasaan Overthinking
Ubahlah cara berpikir bahwa tidak semua orang berniat untuk menyakiti, berkhianat, atau memanfaatkan diri. Selain itu, cobalah untuk mengalihkan perhatian dengan melakukan hobi atau kegiatan lain yang disukai dan bersifat positif, seperti mengikuti kegiatan sosial.
3. Mulai Membangun Rasa Percaya Diri
Berhenti membandingkan diri-sendiri dengan orang lain, karena setiap orang memiliki masalah, keunikan, dan perjuangan yang berbeda-beda. Bersyukur dengan apa yang dimiliki juga akan membangun rasa percaya pada orang lain.
4. Mulai Menjalin Komunikasi yang Baik
Menjalin komunikasi yang baik akan membuat individu merasa lebih dihargai. Komunikasi bisa dilakukan dengan cara memulai pembicaraan, menyampaikan pendapat, dan tak lupa mendengarkan pandangan orang lain.
5. Berkonsultasi dengan Pakar Kesehatan Mental
Apabila trust issue terus berlanjut dan mengganggu kehidupan sehari-hari, maka berkonsultasi dengan konselor, psikolog, atau psikiater menjadi langkah yang paling tepat. Para ahli kesehatan jiwa tersebut tentu memahami metode terbaik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi terkait trust issue.