BANYAK bukti di klinik yang menunjukkan bahwa tubuh manusia
punya daya perlawanan alamiah terhadap kanker. Daya ini
berkerumun di sekitar sistim kekebalan yang tidak hanya tertuju
terhadap virus dan bakteri, tapi juga terhadap ensim-ensim
(zat-zat yang dialirkan sel) yang dibuat oleh sel-sel kanker.
Pandangan ini dikemukakan oleh Prof Linus Pauling dari
California dalam pertemuan ke 27 dari para pemenang Hadiah
Nobel, yang berlangsung di kota l.indau Jerman Barat baru-baru
ini Pauling sendiri adalah pemenang Nobel untuk perdamaian 15
tahun yang lalu. "Dengan mengaktifkan sistim kekebalan maka
terciptalah penghalang biokimiawi terhadap serangan kanker,"
katanya.
Pada permulaan tahun tujuhpuluhan dia sendiri dengan bersemangat
menganjur-anjurkan usaha untuk memperkuat sel-sel tubuh yang
sehat dengan penambahan vitamin C dalam dosis tinggi. Sarannya
ini didasarhan pada kenyataan bahwa organisme manusia primitif
menghasilkan vitamin tersebut dalam jumlah cukup. Tetapi
kemampuan tersebut hilang ketika manusia-kera mencapai tingkat
perkembangan menjadi nenek moyang manusia sekarang. Kurangnya
produksi vitamin C dalam tubuh ini disebabkan oleh perpindahan
zat genetik dari manusia-kera ke manusia sejati. Sebagaimana
telahdiketahui kera misalnya menghasilkan vitamin C sendiri
dalam tubuhnya tanpa perlu memetik dari tengah alam. Karena
tubuh manusia tidak membuat sendiri vitamin C, itulah sebabnya,
kata sang profesor, orang harus memakan vitamin - C secukupnya
kalau dia tak mau terkena penyakit sariawan-usus. Penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan vitamin C.
Untuk mencegah atau melawan selsel kanker, vitamin C yang
disedot dari makanan tentu tak mencukupi. Kekurangan ini bisa
ditambah dengan menggunakan zat-zat kimia sintesis yang disebut
ascorbic acid, yang bisa dibikin sebanyak mungkin. "Saya yakin
vitamin C punya peranan penting dalam mekanisme kekebalan tubuh
kita," kata Pauling tegas-tegas dalam pertemuan para pemenang
Hadiah Nobel tersebut.
Sakit Hati
Menyambut teori Pauling ini yang dia lontarkan beberapa tahun
yang lalu di Inggeris telah diadakan percobaan terhadap 100
penderita kanker stadium lanjut. Mula-mula si penderita diberi 5
gram yang kemudian diperbanyak menjadi 10 gram perhari. Hasilnya
menarik.
Tubuh mereka lebih kuat dan umurnya lebih panjang. Fisik maupun
mental ada kemajuan dan yang jelas mereka lebih sedikit
membutuhkan obat-obat anti nyeri.
Vitamin C yang dengan mudah diperoleh dari buah-buahan atau yang
sintesis, ternyata menunjukkan pengaruh yang besar terhadap para
penderita hepatitis (penyakit pada hati) yang diakibatkan oleh
transfusi darah. Tahun lalu seorang pasien dari penyakit hati
seperti itu menunjukkan gambaran darah yang membaik setelah
dalam beberapa hari dia diinjeksi dengan vitamin C cpuluh gram
saban hari.
"Berapa banyak vitamin C yang diperlukan untuk mencapai kegunaan
yang optimal sayangnya belum diketahui,' kata Pauling, "tetapi
jumlah vitamin yang berlebihan tidak akan mencelakakan. Efek
sampingnya tak ada sekalipun dalam sehari disuntikkan sampai 50
gram."
Sama seperti dalam pertemuan ilmiah lainnya, guru besar dari
Amerika Serikat itu memaparkan pula dataata klinis nntuk
memperkuat teorinya. Di situ ditunjukkan bahwa pasien yang tidak
disuntik vitamin C dosis tinggi, kecil sekali kemungkinannya
untuk hidup paling tidak lima tahun lagi setelah penyakitnya
ditemukan.
Para pemenang Nobel maupun dokter dan ahli-ahli riset yang hadir
dalam pertemuan di Lindau itu, nampaknya setuju bahwa cara yang
sederhana ini bisa mengobati dan menyembuhkan kanker. Umumnya
beranggapan teori Pauling ini merupakan babak baru dalam usaha
manusia untuk mengalahkan kanker. Tapi, jawaban terakhir tentang
obat anti-kanker belum dipcroleh dari sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini