Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Wanadri Akan Buka Sekolah Pendaki Gunung, Pelatihan Navigasi dan Survival di Alam Liar

Wanadri akan buka Sekolah Pendaki Gunung, terbuka untuk umum.

10 Oktober 2024 | 11.00 WIB

Wanadri rutin menggelar program sekolah pendaki gunung, kegiatan itu terbuka untuk umum. (dok.Wanadri)
Perbesar
Wanadri rutin menggelar program sekolah pendaki gunung, kegiatan itu terbuka untuk umum. (dok.Wanadri)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Wanadri, perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung, akan meluncurkan program Sekolah Pendaki Gunung (SPG) yang dimulai pada November 2024 mendatang di wilayah Gunung Burangrang, Jawa Barat.

"Program ini akan mengenalkan pendaki terkait keselamatan dan keterampilan pendakian gunung," ujar Dirga Sumantri, Ketua Wanadri, saat dihubungi oleh Tempo pada Rabu, 9 Oktober 2024. 

Dirga mengatakan, waktu pelaksanaan akan diumumkan dalam waktu dekat. Adapun program ini dijadwalkan berlangsung selama enam hari pada minggu ketiga November 2024. Dalam program itu, peserta akan diberikan berbagai materi penting, seperti navigasi, persiapan perjalanan, serta survival, atau cara bertahan hidup dalam kondisi kritis.

“Nanti jadi pertama ada materi navigasi. Terus kedua adalah materi persiapan perjalanan, menyiapkan perjalanan, terus yang ketiga ada materi survival. Berbagai cara bertahan hidup dalam kondisi kritis,” ujarnya. 

Dirga menjelaskan bahwa pendaftaran akan dilakukan melalui tautan khusus di Google Form, dan para peserta diwajibkan memenuhi beberapa syarat. Peserta minimal berusia 15 tahun, dan tidak ada batasan usia maksimal, selama calon peserta dinyatakan sehat berdasarkan hasil pemeriksaan medis. Program ini terbuka untuk umum namun pesertanya terbatas sekira 50 orang. Untuk mengikuti program, biayanya berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per orang.

"Syarat yang pertama, wajib sehat jasmani dan harus diwajibkan medical check-up. Yang kedua, peserta harus memiliki peralatan (pendakian) lengkap," ungkapnya.

Dengan meningkatnya insiden pendakian dalam beberapa bulan terakhir, SPG ini menjadi momentum penting untuk memberikan edukasi bagi para pendaki, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman.

Selain peralatan pendakian yang lengkap, logistik juga menjadi bagian yang harus dipersiapkan oleh peserta Sekolah Pendaki Gunung (SPG). "Nanti juga sebenarnya termasuk logistik sih. Jadi nanti emang ada perbekalan yang harus disiapkan," jelas Dirga. 

Mengenai tenda, pihak Wanadri sudah menyiapkannya, jadi peserta tidak perlu membawa tenda sendiri. Namun, untuk hal-hal yang bersifat pribadi, terutama yang berkaitan dengan kesehatan, seperti obat-obatan atau kebutuhan khusus lainnya, peserta harus membawanya masing-masing.

Program tersebut menambah berbagai kegiatan Wanadri dalam berbagi ilmu dan keterampilan kepada para pegiat kegiatan outdoor. Selain sekolah pendaki gunung, dalam waktu dekat, Wanadri segera menggelar sekolah sistem informasi geografis, sebuah program untuk mengenalkan teknologi dalam menyiapkan peta. Gunanya beragam, bisa sebagai persiapan perjalanan, ekspedisi, hingga keperluan kebencanaan. 

Dirga mengatakan, bahwa ada rencana untuk menjadikan SPG program tahunan. "Iya, kita memang berencana rutin menyelenggarakan kegiatan ini, biasanya setahun sekali," ungkap alumnus Vrije Universiteit Amsterdam itu. 

Di awal tahun mendatang, Wanadri juga akan melaksanakan ekspedisi ke Tebing Kakumahu, Pulau Buru, dan Ekspedisi Olahraga Arus Deras di Kayan, Kalimantan Utara.

Dilansir dari laman Masigit Kareumbi, Wanadri, adalah salah satu organisasi kegiatan alam bebas yang berbasis di Bandung, Indonesia. Berdiri sejak 17 Januari 1964, Wanadri disebut-sebut sebagai salah satu komunitas pecinta alam tertua di Indonesia. 

Asal usul Wanadri berawal dari hobi enam pemuda yang memiliki latar belakang kepanduan. Keenam pendiri tersebut adalah Harry Hardiman Soebari, Ronny Nurzaman, Bambang Pramono, Satria Widjaja Somantri, Eddy Achmad Fadilah, dan Achmad Hidayat. Hingga saat ini, Wanadri tetap eksis dan banyak anggotanya tersebar di berbagai daerah dan berkiprah di berbagai profesi. 

Selain itu, Wanadri terlibat dalam berbagai operasi SAR. Salah satu yang terkenal adalah menemukan pesawat Sukhoi yang jatuh di Gunung Salak pada tahun 2012. Dalam insiden itu, pesawat buatan Rusia tersebut menabrak lereng gunung Salak di Jawa Barat. Pesawat dan 50 orang penumpangnya sempat hilang. 

MYESHA FATINA RACHMAN | MASIGIT KAREUMBI 

Pilihan Editor: Jasad Pendaki yang Jatuh di Gunung Rinjani Berhasil Dievakuasi 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus