Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Wanita Menopause Disarankan Rajin Latihan Beban, Ginekolog Sebut Alasannya

Perempuan yang telah menopause disarankan lebih sering latihan beban serta mengonsumsi kalsium dan vitamin D agar terhindar dari osteoporosis.

12 Juni 2024 | 21.39 WIB

Ilustrasi wanita paruh baya olahraga. Freepik.com/Stockking
Perbesar
Ilustrasi wanita paruh baya olahraga. Freepik.com/Stockking

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kandungan dan kebidanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Limijati Bandung, Prof Dr Tono Djuwantono, menyarankan perempuan yang telah menopause atau berhenti haid lebih sering latihan beban serta mengonsumsi kalsium dan vitamin D agar terhindar dari pengeroposan tulang atau osteoporosis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Wanita menopause penting untuk tidak hanya latihan fisik tetapi juga latihan beban. Jangan sampai ototnya mengecil karena kalau kurang gerak ototnya mengecil sehingga bisa osteoporosis. Hampir pasti menopause akan diikuti osteoporosis. Untuk itu, konsumsi kalsium dan vitamin D juga penting,” kata Tono, Selasa, 11 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan,siklus menopause di setiap perempuan berbeda-beda dan bagi yang berhasil merawat tubuh dengan baik dengan latihan fisik dan menjaga nutrisi tubuh maka siklus produktifnya bisa lebih lama.

“Semakin dipertahankan tubuhnya dengan baik, itu semakin lama (menopause) ada juga orang-orang yang ternyata siklus menopausenya lebih panjang, biasanya orang-orang dengan cadangan sel telur banyak atau punya riwayat gangguan hormon (PCOS),” ujarnya.

Tono juga mengingatkan ibu-ibu di fase menopause lebih rentan terkena penyakit jantung dan diabetes sehingga penting untuk berlatih beban demi mempertahankan massa otot.

“Menurut jurnal, orang yang ototnya dipertahankan, diabetesnya bisa dicegah karena dengan otot yang terus terjaga, di dalam otot itu banyak reseptor dari insulin. Jadi insulinnya aktif dan bekerja. Kalau tidak bekerja atau kurang aktif, reseptor insulin banyak rusak sehingga mudah terjadi resistensi insulin dan gula darah naik,” paparnya.

Terapi sulih hormon
Selain latihan beban dan konsumsi vitamin D, ia juga menyarankan terapi sulih hormon atau pengobatan yang mengandung hormon perempuan progesteron dan estrogen apabila memang diperlukan. “Apabila hormon itu diperlukan, boleh terapi hormon dan yang dipilih tergantung penilaiannya pada seorang perempuan, hormon apa yang dibutuhkan dan dosisnya berapa yang paling cocok untuk dia,” ucapnya.

Tono juga menjelaskan perempuan dengan gejala vasomotor atau rasa panas dari dada hingga ke atas yang dialami ketika menopause sudah bisa diterapi dengan hormon. Ia mengatakan khusus untuk terapi sulih hormon, harus konsultasi terlebih dulu dengan dokter kandungan.

“Kalau yang punya gejala vasomotor bisa terapi sulih. Tetapi apakah estrogen atau progesteron tergantung kemauan dan kebutuhan pasien. Kalau ada yang punya riwayat kanker bisa pakai jenis progesteron saja. Ada juga yang sudah tidak ada uterusnya, tidak perlu progesteron lagi, estrogen saja cukup,” tuturnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus