Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perimenopause adalah fase transisi yang mendahului menopause. Fase ini terjadi ketika tubuh wanita mengalami perubahan hormonal yang signifikan. Apakah semua wanita mengalaminya, serta dampaknya terhadap sistem reproduksi?
Perimenopause
Perimenopause adalah periode transisi sebelum menopause yang dimulai ketika ovarium mulai menghasilkan hormon dalam jumlah yang semakin berkurang. Selama fase ini, siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan berbagai gejala lain mulai muncul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fase ini biasanya dimulai pada usia empat puluhan, meskipun bisa terjadi lebih awal atau lebih lambat, dan dapat berlangsung antara beberapa bulan hingga beberapa tahun sebelum menopause benar-benar dimulai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama perimenopause, kadar estrogen menurun secara bertahap. Hal ini mengakibatkan fluktuasi hormon yang menyebabkan gejala seperti keringat malam dan hot flashes atau gejala panas yang tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh.
Penurunan estrogen jugalah yang dapat membuat wanita lebih rentan terhadap penyakit kognitif seperti Alzheimer ketimbang laki-laki.
Apakah Semua Wanita Mengalami Perimenopause?
Tidak semua wanita mengalami perimenopause pada usia yang sama atau dengan gejala yang sama. Pada umumnya, perimenopause dimulai pada usia empat puluhan, tetapi beberapa wanita mungkin mengalaminya lebih awal, bahkan di usia tiga puluhan.
Menurut Harvard Medical School, sekitar 35 hingga 50 persen wanita mengalami hot flashes dan keringat malam selama perimenopause, tetapi intensitas dan lokasi panas tersebut bisa berbeda-beda.
Dikutip dari My Cleveland Clinic, gejala perimenopause seperti siklus menstruasi yang tidak teratur, perubahan suasana hati, dan masalah tidur. Gejala ini dapat bervariasi dan tidak semua wanita mengalami gejala yang sama.
Dampaknya Terhadap Sistem Reproduksi
Selama perimenopause, terjadi penurunan produksi hormon estrogen yang berdampak pada sistem reproduksi wanita. Menurunnya kadar estrogen mempengaruhi siklus menstruasi, membuatnya menjadi tidak teratur dan kadang-kadang sangat berat atau ringan.
Meskipun menstruasi masih terjadi, kualitas dan frekuensinya bisa berubah drastis. Selain itu, penurunan estrogen juga menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan bisa meningkatkan risiko osteoporosis seiring waktu.
Gejala lain dari perimenopause termasuk keringnya vagina yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama hubungan seksual, serta masalah dengan konsentrasi dan memori akibat perubahan hormonal yang mempengaruhi otak.
Menangani perimenopause memerlukan pemahaman dan penyesuaian, baik dari segi fisik maupun emosional. Penting bagi wanita untuk mencari dukungan medis dan psikologis yang sesuai untuk mengelola gejala dan menjaga kesehatan selama masa transisi ini.
Dengan mengetahui dan memahami fase perimenopause, wanita dapat lebih siap menghadapi perubahan yang terjadi dalam tubuh mereka dan menjalani masa transisi ini dengan lebih baik.
CNA Lifestyle | MY CLEVELAND CLINIC
Pilihan editor: 5 Penyebab Payudara Terasa Gatal