Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seperti janji yang bisa palsu, rasa lapar juga bisa palsu atau false hunger. Kondisi yang bila dibiarkan akan menstimulasi tubuh untuk memamah makanan-makanan berlemak dan manis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Otak menjadi bagian tubuh yang seringkali susah ditebak cara kerjanya. Otak dapat menciptakan berbagai ilusi pemikiran, salah satunya mengendalikan rasa lapar. Isyarat rasa lapar ini dapat terjadi ketika ada trigger seperti melihat iklan makanan atau kue-kue cantik yang berjejer di etalase toko roti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan keterangan Janice Hillman, dokter di Penn Adolescent and Young Adult Medicine Radnor, tubuh merupakan komunikator yang hebat, namun bisa saja salah mempersepsi respon. Hilman berujar bahwa perbedaan antara “bau makanan enak” dan lapar yang sebenarnya terpisahkan oleh garis tipis.
Rasa lapar palsu atau false hunger merupakan kondisi saat makan karena rangsangan eksternal atau emosional. Hilman juga mengatakan bahwa terkadang false hunger dapat dipicu oleh stres atau merasa bosan.
Agar tidak mengonsumsi makanan secara berlebih, Anda perlu membedakan rasa lapar asli dan false hunger. Biasanya false hunger menstimulasi tubuh untuk memakan makanan yang berlemak, manis. dan asin. Sedangkan rasa lapar asli akan mereda saat memakan makanan apapun termasuk sayur atau buah.
Seperti yang dikutip dari pernyataan Hilman bahwa false hunger bisa dipicu stres, sehingga saat false hunger, orang tersebut merasa bersalah setelah menuruti hasratnya. False hunger juga tidak akan mengganggu aktivitas, berbeda dengan rasa lapar asli. Seperti penjelasan Hilman, lapar asli yang dapat menyebabkan kepala terasa sakit dan pusing, perut keroncongan, sulit berkonsentrasi dan gemetar.
Hormon yang tidak stabil saat siklus menstruasi dan masa kehamilan memicu false hunger lebih dari biasanya. Dikutip dari Penn Medicine, ada 5 hal yang memicu false hunger,
- Melihat iklan makanan dan membuka kulkas tanpa alasan
- Merasa stres atau tertekan
- Stimulus dari luar seperti ditawari makanan
- Kebiasaan ngemil saat minum kopi atau teh
- Bosan dan lelah.
Agar false hunger ini tidak sering mengganggu, Hilman menyarankan untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan lebih mengenali pola kebiasaan tubuh termasuk mengenai rasa lapar.
TATA FERLIANA