Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indro Warkop, pemilik nama asli Indrodjojo Kusumonegoro yang lahir pada 8 Mei 1958, tepat hari ini berusia 65 tahun merupakan pemeran dan pelawak Indonesia berdarah Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pentolan Warkop DKI yang akrab dipanggil Indro Warkop ini merupakan anak dari Inspektur Jenderal Polisi Mochammad Oemargatab dan Soeselia Kartanegara. Ayahnya merupakan seorang jenderal polisi, sedangkan ibunya seorang pengusaha katering.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
aat masih kecil, ia sempat ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi perwira, tetapi mengurungkan niatnya usai kedua orang tuanya tidak setuju. Setelah kematian sang ayah pada 1968, Indro memutuskan untuk membantu ibunya mengelola katering sebagai orang yang pergi belanja ke pasar.
Pada 1981, Indro menikah dengan Nita Octobijanthy dan dikaruniai tiga orang anak, yaitu Handhika Indrajanthy Putrie, Satya Paramita Hada Dwininta, dan Harleyano Triandro Kusumonegoro. Lalu, pada 9 Oktober 2018, istri Indro meninggal dunia akibat kanker paru-paru dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, seperti tertulis dalam p2k.stekom.ac.id.
Karier Indro Warkop
Pada 1976, Indro tampil ke publik bersama dengan grup Warkop yang saat itu masih duduk di bangku SMA. Satu tahun kemudian, pada 1977, Indro menjadi penyiar radio Prambors sampai pada 1980. Saat itu pula, Dono Warkop, Kasino, Nanu Moeljono, dan Rudy Badil mengajak Indro membuat program siaran bertajuk obrolan santai jenaka.
Sejak acara obrolan itu mengudara, Indro bersama keempat rekannya mulai berkomitmen menjadi komedian dengan nama Warkop Prambors. Debut Indro sebagai pelawak di Warkop Prambors dimulai dengan mengisi acara perpisahan salah satu SMA di Jakarta yang ketika itu menggantikan posisi Rudy Badil karena demam panggung. Saat bergabung dengan Warkop, Indro menjadi satu-satunya personel yang bukan mahasiswa Universitas Indonesia karena berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila.
Bersama dengan Dono, Kasino dan Nanu, Indro kemudian melebarkan sayap Warkop Prambors dengan membintangi film perdana mereka, Mana Tahaaan... pada 1979. Tidak lama setelah film tersebut rilis, Nanu memilih mengundurkan diri dari Warkop. Akhirnya, sejak saat itu sampai pada 1994, Warkop Prambors yang telah berganti nama menjadi Warkop DKI sudah membintangi 34 film komedi dan satu film dokudrama.
Berdasarkan p2k.unkris.ac.id, sebagian besar film Indro bersama Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional lantaran masalah pelanggaran hak cipta. Film Warkop menggunakan musik karya komponis Henry Mancini tanpa izin atau tanpa mencantumkan namanya dalam film.
Di sisi lain, pembuatan dan peredaran film Warkop hanya dilakukan satu tahun sebanyak dua kali dengan masa tayang bertepatan dengan libur Hari Raya Idul Fitri dan malam pergantian tahun di bioskop Indonesia. Adapun, film-film Indro bersama Warkop, antara lain IQ Jongkok (1981), Maju Kena Mundur Kena (1983), Depan Mampu Balik Mampu (1986), Sudah Pasti Tahan (1991), Bagi Dong (1993), Pencet Sana Pencet Sini (1994).
Usai film Pencet Sana Pencet Sini, Indro bersama Dono dan Kasino sepakat untuk tidak berperan lagi dalam film karena bisnis perfilman di Indonesia kala itu sedang lesu akibat banyaknya film bertemakan dewasa dan serbuan film impor Hollywood, Bollywood, serta Hongkong.
Tidak cukup di situ saja, produksi Warkop dilanjutkan di televisi melalui serial Warkop DKI. Lalu, setelah Kasino meninggal pada 1997 dan disusul Dono pada 2001, Indro tetap melanjutkan nama besar Warkop, meskipun hanya sendirian. Serial televisi terakhir yang membawa nama Warkop yang ia bintangi adalah Warkop: Cewek OK, Cowok OK (2004).
Kemudian, pada 2011, Indro Warkop kembali ke layar lebar melalui film Semesta Mendukung, usai lama vakum dari dunia adu peran. Indro juga pernah menjadi produser eksekutif untuk film seri Warkop DKI Reborn dari season pertama sampai keempat.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.