Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Di Gurun Gobi, di barat laut Cina, musim gugur membuat warna lanskap gurun itu menjadi merah menyala. Warna merah bukanlah akibat dedaunan merah yang rontok, namun dari cabai merah. Di bawah terik matahari yang memanggang, Etnik Uighur menjemur cabai di bawah panas yang sempurna usai panen musim panas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setiap bulan September dan Oktober, para petani di seluruh Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang, yang menghasilkan seperlima dari panen cabai Cina, menjemur hasil panen mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Gurun dengan suhu 100 derajat Fahrenheit merupakan panas yang sempurna. Nun jauh di Amerika sana, pekerjaan menjemur cabai sudah lama ditinggalkan oleh produsen cabai kering. Mereka telah beralih mengeringkan cabai dengan dehidrator industri .
Hasilnya adalah lautan merah cabai yang membentang ke cakrawala. Dari atas terlihat, gundukan cabai merah mengkilap seperti bumbu menggoda untuk makan malam. Dari atas, dua ratus ton cabai mengubah lanskap, menodai gurun berwarna khaki menjadi seperti sel darah di bawah mikroskop.
Cabai merah sampai di Cina pada abad 15, setelah orang-orang Eropa menaklukkan Amerika dan membawa cabai ke berbagai benua. Foto: Yuan Huanhuan
Selimut cabai merah di atas pasir kering di Daerah Otonomi Uighur sudah berlangsung ratusan tahun silam. Cabai merupakan bagian dari ekonomi rempah-rempah pada era kejayaan Jalan Sutra. Hingga abad ke-16, rempah-rempah asli seperti jinten mendominasi perdagangan rempah-rempah di Asia Tengah.
Masakan Uighur pun didominasi cabai, karena pengaruh jalur sutera. Cabai baru masuk ke Cina sekitar tahun 1500-an – cabai merupakan makanan dari “Dunia Baru” setelah orang-orang Eropa menemukan Amerika.
Sementara makanan di Provinsi Sichuan, China barat daya, tekenal pedas, makanan Uighur Xinjiang sangat berempah. Suku Uighur tinggal di kawasan perempatan budaya, itulah sebabnya makanan Uyghur mengandung jejak kuliner Asia Selatan, Tengah, dan Timur.
Manta yang merupakan pangsit daging sapi dan labu khas Uighur, juga bisa ditemukan di Turki atau Afghanistan. Goshnan (roti daging), sebuah roti lapis diisi, memiliki kesesuaian dengan keema parantha Asia Selatan. Lagman, hidangan bertabur lada dan bawang -- yang kadang-kadang terbuat dari satu mie panjang -- menyerupai lamian Cina.
Ciri hidangan Uighur adalah berminyak dan beraroma pedas-panas semisal kawaplar, kebab domba bubuk-cabai, dan dapanji -- sering diterjemahkan sebagai rebusan ayam – merupakan hidangan yang kaya rasa cabai.
Hidangan bercabai merupakan jati diri Etnik Uighur, yang mereka dapatkan dari persilangan budaya di jalur sutera. Foto: Yuan Huanhuan/Atlas Obscura
Panen cabai hanyalah salah satu ritual tahunan yang membuat Gurun Gobi, rumah Suku Uighur itu, menjadi lanskap yang unik. Penduduk setempat memanfaatkan cuaca panas tersebut untuk mengeringkan cabai.