Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Alpine Route, Musim Gugur Bermandi Salju

Alpine Route wisata di Pegunungan Tatoyama dengan puncak tertinggi di Murodo. Spot tertinggi itu merupakan tempat salju abadi di Jepang.

30 Oktober 2019 | 16.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Murodo, sisi tertinggi perjalanan Alpine Route. Lokasi yang menjanjikan salju abadi. TEMPO/Dian Andryanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Kanazawa -  Alpine Route, destinasi wisata yang tengah populer di Jepang belakangan ini. Terutama menjelang akhir tahun pada musim gugur menjelang musim dingin, wisatawan ingin menikmati rinai salju di Pegunungan Tatoyama, tanpa harus ke pegunungan Alpen di Swiss.

Bus yang membawa kami dari Nagano perlu waktu hampir 2 jam untuk sampai di Ogizawa -- titik mula kami melakukan perjalanan hari ini. Waktu tempuh yang sama jika dilakukan dari Kota Kanazawa. 
 
Jalan menuju Ogizawa, setelah melewati jalan tol, kemudian meniti  perbukitan di jalanan berkelok-kelok. Ini bulan musim gugur, nyaris seluruh  dedaunan di hutan berubah warna merah dan kekuningan. Itu terhampar sepanjang jalan, menjadi pemandangan yang elok. 
 
Anissa, pemandu wisata sudah sejak dari Jakarta menekankan, sesi perjalanan Alpine Route bukan hanya menantang tapi akan membawa kenangan seumur hidup.  Ah, masa iya?
 
Sampai di Ogizawa, bus yang membawa kami  -- rombongan media nasional undangan PT Honda prospect Motor setelah melihat Tokto Motr Show --  dari Nagano tidak bisa melanjutkan pejalanan membawa kami lagi.
 
Ogizawa Station adalah pemberhentian terakhir segala macam kendaraan dengan bahan bakar minyak. Pemerintah Jepang sangat peduli terhadap lingkungan daerah Pegunungan Tatayama ini, sehingga melindungi dari segala polusi emisi kendaraan bermotor.
 
Tidak hanya bus, kendaraan pribadi pun tak diperkenankan melanjutkan perjalanan. Belum lagi memang medan bakal berat.
 
Bus-bus listrik di Stasiun Ogizawa untuk memulai perjalanan menuju Kurobe Dam. TEMPO/Dian Andryanto
 
Dari Ogizawa perjalanan dilanjutkan dengan bus listrik menuju Kurobe Dam sejauh sekitar 6 kilometer yang ditempuh 15 menit. Bendungan terbesar di Jepang yang dikelola perusahaan listrik negeri Matahari terbit. Di tempat ini bisa disaksikan bendungan raksasa yang membelah di antara gunung-gunung itu. 
 
Dalam perjalanan melewati pula Terowongan Kanden yang cukup panjang.
Di Kurode Dam, selain menyaksikan keindahan bendungan tersebut, juga dapat melihat hutan dan gunung yang mengitarinya. Musim Gugur membuat pemandangan kian indah, pegunungan yang biasanya hijau menjadi merah kekuning-kuningan.
 
Kemudian perjalanan menjadi lebih menegangkan kembali. Karena harus naik kereta listrik dengan kemiringan sekitar 45 derajat, yang akan membawa naik sekitar 800 meter dari Kurobeko. Jika melihat ke bawah, terowongan tampak jauh tertinggal di bawah bagai keluar dari liang yang dalam.
 
Kereta listrik “miring” ini menuju Kurobedaira. Setelah itu, seperti di film-film, ketegangan makin tinggi, karena harus naik kereta gantung dari Gunung Akazawa – ke tempat Kurode Dam dan Kurobedaira, ke gunung sebelahnya yaitu Tatayama tempat perhentian selanjutnya, Daikanbo.
 
Kereta gantung ini di atas ketinggian sekitar 8 meter dari permukaan tanah, terlihat bergantungan pada sling yang melintang antara dua gunung tersebut. Pemandangan begitu indah dari ketinggian, dingin makin mendekap, kabut mulai menutupi kemudian.
 
Bus listrik melintasi Terowongan Kanden yang cukup panjang di Kurode Dam. TEMPO/Dian Andryanto
 
Sesampainya di Daikanbo, di atas ketinggian 2.316 meter di atas permukaan laut, rinai salju sudah terlihat. Memutih. Salju berbentuk butiran kristal turun terus menerus, makin lebat. Dingin makin hebat. Untunglah, sebelumnya kami sudah diingatkan membawa jaket tebal, sarung tagan, penutup kepala, dan sepatu yang sebaiknya alasnya tidak datar, sehingga saat menapak di atas salju tak gampang tergelincir. 
 
“Gembiranya orang-orang tropis melihat salju,” kata kawan perjalanan. “Persis seperti anak-anak kecil kegirangan,” ujar teman lainnya yang terus mengabadikan, salju turun membasahi kepala dan jaketnya.
 
Ketika tengah asyik bermain-main di sekitar Daikanbo,Ros, pemandu wisata lainnya mengingatkan jangan habiskan waktu di sini, karena masih ada keajabian lain yang akan dilihat, yaitu di Murodo, sisi tertinggi perjalanan Alpine Route ini.
 
Kemudian kami digiring ke bis troli, bertenaga listrik pula, menembus terowongan Tateyama sejauh 3,7 kilometer yang ditempuh sekitar 10 menit. 
Dan, ini keajaiban yang disebut itu. Murado, gunung bersalju di atas ketinggian 2.450 di atas permukaan laut, nendekati puncak Gunung Tateyama.
 
Menghambur kami ke luar, menyaksikan salju membuat putih sekitarnya, tak menggubris dingin hingga hari itu 0 derajat celcius, pas. Sejauh mata terlempar, putih saja yang ada. Tanah telah tertutup salju, gunung di kejauhan diselimuti salju pula. Inilah Murado itu. Cukup lama kami di area ini, “anak-abak tropis kegirangan memegang dan disiram salju”.
 
Setelah puas, dan diingatkan oleh pemandu wisata, kami melanjutkan perjalanan dengan bus listrik kembali. kendaraan yang disebut bus Hoghland Tateyama ini menempuh perjalanan sekitar 30 kilometer dengan waktu tempuh 15 menit. Dalam perjalanan beberapa persinggahan, kita bisa berhenti jika menginginkan, antara lain di Tengudaoira, Midagahara, dan Shomyom Fallas.
 
Bus Highland Tateyama berakhir di Bijodaira, di kaki Gunung Tateyama.  Kembali menggunakan kereta listrik “miring” menuruni gunung 1,3 kilometer selama 7 menit. Dan, berakhir di Tateyama Station. Kemudian bus yang menjemput sudah menunggu. Atau, bisa pula dilanjutkan berkereta ke Toyama Chiho ke penjuru Jepang.
 
Akses menuju tempat ini banyak. Selain dengan bus, dapat pula menggunakan kereta cepat Hokuriku Shinkansen. Transit  di Stasiun Toyoma untuk selanjutnya dengan  kereta ke  Stasiun Tateyama. Alpine Route ini bisa dimulai dari Ogizawa maupun dari Tateyama.
 
TEMPO bersama rombongan wartawan berwisata ke Alpine Route di sela-sela Tokyo Motor Show. TEMPO/Dian Andryanto
 
Inilah rute destinasi wisata yang sangat menarik di Jepang. Tak tanggung-tanggung, menggunakan enam alat tarnsportsi yang berbeda-beda untuk bisa menjelajahinya. Tiket dijual sebagai individu maupun grup, dapat sekali perjalanan atau round trip.
 
Jika dari Ogizawa Stationhingga Tateyama Station, untuk dewasa sekitar 8.430 Yen (dengan kurs Rp130 jadi sekitar Rp1 juta lebih per orang) dan  anak-anak 4.230 Yen  (Rp549.000 per orang). Waktu yang dibutuhkan sekitar 6-8 jam.
 
Alpine Route memang bukan main. Terbayar seluruh lelah dalam perjalanan ini, menyaksikan musim gugur yang mewarnai alam bagai lukisan dan menjamah salju secara langsung, bukan hanya dari buku dongeng semata. Seumur hidup memang akan menjadi kenangan.   S. DIAN ANDRYANTO (KANAZAWA)
 
 
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus