Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton Yogyakarta menggelar pameran mini saat menyambut kedatangan Presiden Singapura Halimah Yacob di Keraton Yogyakarta, Rabu malam, 5 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penghageng Kawedanan Hageng Nitya Budaya Keraton Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara mengungkap, jika Halimah Yacob merupakan sosok yang sangat antusias dan mengagumi berbagai tradisi budaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kunjungan ke Keraton Yogyakarta, merupakan seri kunjungan kenegaraan pertama Halimah yang menjabat sebagai Presiden Singapura sejak 2017 itu. Untuk menghormati Halimah dan kesukaannya terhadap budaya, Keraton Yogyakarta menggelar pameran mini yang menampilkan barang-barang pusaka koleksi Keraton.
Benda-benda sejarah keraton yang dipamerkan beragam. Mulai berbagai koleksi manuskrip dari tahun 1855, wayang, perlengkapan jamuan teh dari masa Sultan HB VIII, juga keris kuno peninggalan masa silam.
"Kami tadi juga menunjukkan tari beksan lawung ageng ciptaan Sultan Hamengkubuwono I di tahun 1755. Kami sampaikan juga arti dari tarian tersebut," ujar Bendara di sela kunjunngan.
Putri bungsu Sultan HB X itu mengungkapkan, Presiden Singapura sangat terkesan dalam lawatan itu. Pasalnya, peninggalan budaya yang ada di Keraton Yogyakarta berkaitan erat dengan sejarah perjalanan tokoh pendiri Singapura, Sir Stamford Raffles.
Kepada Presiden Singapura pun, Bendara juga mengungkapkan jika di masa silam, Yogyakarta memiliki sekitar 300 manuskrip kuno. Namun saat masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono III (1810 – 1811 dan 1812-1814) banyak dari manuskrip itu dibawa keluar Yogyakarta oleh Raflles. Raffles memerintah Hindia Belanda saat Keraton masih dipimpin Sultan Hamengku Buwono II (1792 -1810 dan 1811-1812).
"Sejak dibawa keluar oleh Raffles itu, akhirnya sampai kini banyak sekali manuskrip kuno Keraton yang jadi tersebar ke seluruh dunia," kata Bendara.
Bendara mengungkapkan, Pemerintah Singapura sebenarnya pernah mengajak Keraton Yogyakarta berpartisipasi mengikuti pameran mengenang 100 tahun Raffles tahun lalu.
Tetapi waktu itu Keraton Yogyakarta tidak bisa, karena salah satu koleksi yang diinginkan panitia pameran berupa lukisan kuno sedang tahap direstorasi.
Namun, ujar Bendara, dalam kunjungan itu pihak Menteri Kebudayaan Singapura menyatakan, bakal tetap mengundang Keraton Yogyakarta agar bisa bekerja sama lagi -- terutama bidang kerja sama antar museum.
Dalam kunjungan yang berlangsung sekitar dua jam dari pukul 19.00-21.10 WIB itu, Halimah sempat membeberkan sekelumit kisahnya kepada keluarga Keraton yang cukup lengkap saat menyambutnya malam itu.
Putri sulung Sultan HB X, GKR Mangkubumi mengatakan presiden perempuan pertama Singapura itu, ternyata sempat melancong ke Yogyakarta sebelum menjadi presiden empat tahun silam atau sekitar tahun 2016.
Halimah dilantik sebagai presiden Singapura pada 2017. "Beliau (presiden Singapura) menyampaikan kalau empat tahun lalu sempat ke Yogyakarta, tapi sebagai turis," ujar Mangkubumi. Layaknya seorang backpacker, saat berwisata ke Yogyakarta itu Halimah bercerita mengurusi segala keperluannya sendiri.
Presiden Singapura Halimah Yacob (ketiga kanan) beserta suami Mohammed Abdullah Alhabshee (keempat kanan) didampingi Raja Keraton Yogyakarta yang juga Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X (kanan) menyaksikan pertunjukan Beksan Lawung Ageng saat dalam kunjungan di Yogyakarta, Rabu, 5 Februari 2020. Kunjungan Presiden Halimah Yacob di Keraton Yogyakarta itu merupakan rangkaian kunjungan kenegaraannya di Indonesia. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Mulai dari beli tiket pulang pergi Singapura-Yogyakarta sampai pengalamannya mendatangi Keraton Yogyakarta, demi bisa menyaksikan pertunjukkan tari yang dihelat di Bangsal Sri Manganti Keraton.
Halimah mengaku sudah lama menggandrungi berbagai hal tentang tradisi kebudayaan. Sehingga sebelum jadi presiden pun ia menempatkan Yogyakarta sebagai salah satu destinasi pilihan pelesirannya.
PRIBADI WICAKSONO