Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan yang disebabkan oleh krisis teknologi informasi (TI) di seluruh dunia pada Jumat, 19 Juli 2024, akan berlanjut Sabtu, 20 Juli 2024. Para penumpang terpaksa tidur di bandara karena penundaan dan pembatalan penerbangan selama berjam-jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Bandara Heathrow London, Inggris, ratusan penumpang tidur di kursi-kursi ruang tunggu. Sementara yang lain tidur duduk dengan bersandar pada koper.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemandangan yang sama juga terlihat di Bandara Manchester. Salah satu penumpang yang frustrasi, Jessica Lee, terjebak dalam antrian bandara selama berjam-jam pada Jumat.
"TUI telah membatalkan seluruh paket liburan kami ke Rhodes (Yunani) termasuk hotel setelah 9/10 jam menunggu di bandara Manchester," kata dia.
Dia menunggu bersama keluarganya, termasuk anaknya yang belum berusia dua tahun. "Keluarga dengan dua anak, satu berusia 19 bulan. Ini benar-benar hari yang buruk dan kami tidak tahu harus berbuat apa," dia menambahkan.
Dapat Voucher
Hal yang sama dialami Jordan van den Lamb yang berencana mengejar penerbangan Jetstar dari Hobart di pulau Tasmania ke Melbourne, Australia. Perjalanannya hanya makan waktu 75 menit. Namun, gangguan menyebabkan penerbangannya ditunda dan akhirnya dibatalkan.
Dia mendapatkan dua lembar voucher yang masing-masing senilai Aus$8 dolar atau sekitar Rp173 ribu untuk membeli camilan atau minuman di gerai-gerai bandara.
Maskapai penerbangan domestik Australia tidak memiliki kewajiban untuk mencarikan hotel bagi penumpang yang terdampar. Jadi van den Lamb hanya dapat voucher. Dia mencari penginapan sendiri sambil menunggu kabar penerbangannya.
Dalam pernyataannya, Jetstar mengumumkan bahwa semua penerbangan dibatalkan hingga pukul 02.00 waktu setempat pada Sabtu, 20 Juli.
CrowdStrike Mengaku Bertanggung Jawab
George Kurtz, salah satu pendiri dan CEO perusahaan CrowdStrike yang berbasis di Texas, mengakui bertanggung jawab atas gangguan layanan bandara, perbankan, kesehatan, dan lainnya. Gangguan ini disebabkan oleh kesalahan dalam perangkat lunak keamanan cyber yang dibuat oleh perusahaan sehingga menyebabkan jutaan komputer yang menjalankan Microsoft Windows tiba-tiba crash pada Jumat pagi.
Masalah ini disebabkan oleh pembaruan keamanan yang bermasalah pada Falcon, produk antivirus yang dijual oleh perusahaan yang melindungi perangkat Microsoft Windows dari serangan siber.
Ratusan penerbangan dibatalkan di bandara-bandara dunia kemarin, dan gangguan tersebut akan terus berlanjut selama akhir pekan dan merusak liburan musim panas.
INSIDER | DAILY MAIL