Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Suku Dani yang tinggal di Lembah Baliem, Papua, memiliki bentuk rumah yang unik. Ada dua jenis rumah di sana, yakni honai dan ebe ae. Dua jenis rumah ini merupakan wujud kearifan lokal masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menjelaskan beda honai dengan ebe ae. Honai adalah rumah untuk pria Suku Dani. "Adapun rumah untuk perempuan bernama ebe-ae," kata Hari Suroto kepada Tempo, Senin 17 Mei 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perbedaan antara honai dengen ebe ae hanya pada ukurannya. Hari Suroto mengatakan, ebe ae tak seluas honai. Namun bahan-bahan pembangun serta kondisi di dalamnya sama.
Hari Suroto menjelaskan, Lembah Baliem di Papua berada di ketinggian 1650 meter dari permukaan laut. Lembah ini bersuhu dingin dan sering berkabut. Sebab itu honai dan ebe ae berbentuk bundar, rendah, dan sepintas tampak seperti jamur.
Honai dan ebe ae hanya punya satu pintu kecil di depan dan tidak berjendela. "Kerangka honai terbuat dari batang kayu kasuari yang diikat dengan tali rotan," kata Hari Suroto yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih, Papua. Dinding honai berlapis papan kayu kasuari.
Honai, rumah adat Suku Dani di Lembah Baliem, Papua. Dok. Hari Suroto
Atap honai berbentuk seperti payung yang terbuat dari ikatan-ikatan rumput kering yang disusun berlapis-lapis. Tebalnya sekitar 15 sentimeter. Lantai honai umumnya sejajar dengan permukaan tanah. Meski begitu, ada juga lantai honai yang lebih tinggi untuk mencegah banjir dan menjaga bagian dasar rumah tetap kering.
Pintu masuk honai sangat kecil dan rendah, sehingga penghuni harus merangkak untuk masuk. Di dalam honai, penghuni harus membungkuk karena loteng yang terbuat dari papan-papan tersusun rapi di atas kerangka balok yang juga sangat rendah.
Loteng ditopang oleh empat tiang yang dipancangkan di tengah ruangan. Di dalam honai terdapat dua ruang, yakni ruang tidur dan tempat perapian. Perapian berada tepat di antara empat tiang penopang loteng tadi. Lantai ruangan dilapisi rumput kering yang diganti seminggu sekali.
Pria Suku Dani berada di luar rumah hampir sepanjang hari. Mereka berkebun atau berburu hingga petang hari. Kini, sejumlah honai Suku Dani di Papua sudah dilengkapi fasilitas listrik dengan daya yang bersumber dari papan solar panel yang dipasang di atap honai.