Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Dusun Sasak Sade Jadi Destinasi Pilihan Penonton MotoGP Mandalika Belajar Budaya

Di sela gelaran, penonton MotoGP Mandalika mengunjungi berbagai tempat wisata di Lombok, salah satunya Dusun Sasak Sade.

20 Maret 2022 | 06.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suku Sasak Sade memintal benang di perkarangan rumahnya di Desa Rembitan, Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (18/8). TEMPO/ Nita Dian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lombok yang kini menjadi lokasi penyelenggaraan MotoGP Mandalika memiliki beragam pesona wisata, termasuk desa wisata. Di sela gelaran balap motor intermasional itu, desa wisata Dusun Sasak Sade di Rembitan, Pujut Kabupaten Lombok Tengah menjadi salah satu tempat wisata yang dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dusun Sasak Sade merupakan desa wisata yang menawarkan wisata budaya karena merupakan tempat tinggal masyarakat suku Sasak yang masih mempertahankan tradisi. Saat ini, desa itu dihuni sekitar 700 orang atau 150 kepala keluarga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lokasi desa berjarak sekitar 11 km dari Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abdul Madjid dan arena balap Pertamina Mandalika International Street Circuit. Pada Jumat, 18 Maret 2022, desa ini dipadati pengunjung yang rata-rata datang secara rombongan untuk melihat seperti apa gambaran kehidupan warga Sasak yang menghuni pulau Lombok itu.

Wisatawan yang datang ke sana bisa melihat keseharian masyarakat suku Sasak. Bayu, warga setempat yang berprofesi sebagai pemandi menceritakan pengunjung bisa melihat perempuan Sasak menumbuk kopi secara tradisional.

Kopi khas Sasak pun istimewa karena biasanya dicampur dengan beras agar tidak menyebabkan sakit perut saat dikonsumsi. "Kopi Sasak mereka campur pakai beras sedikit karena untuk orangtua kami di sini kalau mau berangkat ke sawah sarapannya hanya pakai kopi saja. Makanya mereka campur dengan beras sedikit. Biar tidak maag katanya," kata Bayu.

Kopi ini dijual dalam kemasan yang sudah diberi label dan tak berlabel. Harga yang ditawarkan beragam tergantung hasil tawar menawar dengan warga desa, mulai dari Rp 20 ribu-60 ribu per bungkusnya.

Wisatawan juga bisa melihat aktivitas menenun warga dusun. Perempuan Sasak juga masih menenun secara tradisional menggunakan pewarna alami seperti sirih, batok kelapa dan kunyit. Kain tenun songket yang mereka hasilkan bisa dibeli oleh pengunjung sebagai oleh-oleh mulai harga Rp 100 ribu.

Kain tenun Sasak ada juga yang sudah dikreasikan menjadi produk siap pakai, seperti bucket hat yang dijual Rp 50 ribu per buah, dompet seharga Rp 100 ribu per 5 buah dan baju atasan pendek dengan harga Rp 100 ribu. Pengunjung juga bisa membeli gelang-gelang berwarna-warni berbahan kain dengan harga Rp 5 ribu-10 ribuan untuk satu hingga tiga gelang.

Sebagai destinasi budaya, salah satu hal yang tak boleh dilewatkan saat ke Dusun Sasak Sade adalah atraksi budayanya. Ada atraksi Peresean atau Tari Perang yang ditampilkan berupa dua pria Sasak saling berhadapan sambil membawa rotan sebagai penjalin (pemukul) dan tameng berbentuk segi empat atau ende yang terbuat dari kulit kerbau.

Tarian yang sebenarnya dilakukan untuk meminta hujan pada musim kemarau itu tak akan melukai lawan atau menumpahkan darah. Petarung dalam peresean disebut pepadu dan wasit dinamakan pakembar. Pertarungan nantinya diiringi suara gamelan Sasak yang terdiri dari gendang, suling, gong dan rincik dalam tempo cepat. Peresean akan dihentikan saat salah seorang pepadu menyerah alias kalah atau pertarungan dihentikan pakembar.

Hal yang tak kalah menarik adalah rumah adat Sasak, salah satunya disebut Bale Tani. Bangunan ini memiliki atap berbahan jerami atau alang-alang, berdinding anyaman dengan hanya ada satu pintu berukuran sempit dan rendah di sana.

Lantai bangunan berasal dari tanah liat yang dicampur sekam padi. Masyarakat Sasak mengepel lantai menggunakan kotoran sapi atau kerbau. Kotoran ini dicampur dengan air agar mudah merata lalu disapukan ke lantai.

"Kotoran sapi dicampur air biar mudah merata. Kalau sudah kering nanti disapu, nanti digosok biar mengkilat. 30 menit sudah hilang baunya. Kalau sudah kering baunya tidak ada lagi," kata Bayu.

Menurut Bayu, penggunaan kotoran sapi ini bertujuan untuk memperkuat lantai rumah dan sebagai pengganti semen. Lantai rumah nantinya mejadi kuat dan tidak mudah retak. Selain Bale Tani, di Dusun Sasak Sade ada lumbung panen dan Berugaq Sekenam atau balai pertemuan yang digunakan untuk kepentingan publik seperti sunatan dan lainnya. Yang pasti, wisatawan MotoGP Mandalika bisa mendapatkan pengalaman seru dan pengetahuan saat berkunjung ke sana.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus