Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Fuji yang ikonik di Jepang biasanya mulai bersalju setiap awal Oktober. Namun, hingga akhir Oktober ini, salju di gunung berapi yang dianggap suci di Jepang itu masih belum nampak, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak 130 tahun yang lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari The Independent, suhu yang lebih hangat membuat Fuji tetap gundul. Kondisi ini memecahkan rekor sebelumnya untuk salju terakhir yang turun, yang tercatat pada 26 Oktober 1955 dan 2016. Tahun lalu, salju pertama turun pada 5 Oktober.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gunung berapi aktif di barat daya Tokyo adalah puncak tertinggi negara itu pada ketinggian 3.776 meter di atas permukaan laut. Turunnya salju di gunung tertinggi di Jepang itu menjadi tanda musim dingin telah dimulai.
Ahli meteorologi dari Kantor Meteorologi Lokal Kofu, yang terletak sekitar 40 km dari Fuji, mengumumkan salju pertama musim ini segera diumumkan setelah terlihat dari titik pengamatan mereka, sebuah tradisi yang sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu.
Krisis Iklim
Tundanya turunnya salju di Fuji merupakan bagian dari pola perubahan musim yang tidak dapat diprediksi di seluruh dunia karena krisis iklim. Faktanya, 2024 ditetapkan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat di dunia untuk tahun kedua berturut-turut. Suhu tercatat 1,76 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata dari 1991 hingga 2020.
Wilayah pesisir dan pegunungan Jepang mengalami dampak serupa, musim gugur yang lebih hangat dan musim dingin tidak lagi ekstrem.
Puluhan kota di Jepang telah mencatat suhu tinggi, mendekati atau di atas 30 derajat Celcius, pada hari-hari awal Oktober, menurut analisis dari kelompok penelitian nirlaba Climate Central.
Pada 2024, jumlah orang meninggal akibat sengatan panas di Tokyo mencapai rekor, yakni 252 orang meninggal antara Juni dan September. Sebagian besar korban adalah orang tua yang ditemukan meninggal di rumah mereka tanpa AC. Awal tahun ini, mekarnya bunga sakura lebih awal di Jepang juga memicu kekhawatiran.
Di luar masalah iklim, Fuji menghadapi tantangan lain, termasuk pariwisata yang berlebihan atau overtourism. Sekitar 200.000 hingga 300.000 orang mendaki Gunung Fuji setiap musim panas. Tahun ini, pemerintah setempat menerapkan pajak turis untuk membantu mengelola masuknya wisatawan, yang bertujuan mengurangi tekanan lingkungan dari jutaan pengunjung yang melakukan perjalanan ke gunung ikonik tersebut setiap tahun.
SKYNEWS | THE INDEPENDENT