Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Batam - Pelaku pariwisata di sekitar ikon "Welcome to Batam" (WTB) meminta Pemerintah Kota Batam tidak melanjutkan pembangunan ruko dan apartemen yang menutupi ikon Batam tersebut. Selain berdampak pada kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), rencana itu juga akan menghilangkan mata pencaharian usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Landmark "Welcome to Batam" atau yang sering disingkat WTB terletak di daerah pusat pemerintahan Kota Batam. Keberadaan ikon ini menjadi daya tarik bagi wisman yang berkunjung ke Batam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tidak lengkap rasanya kalau datang ke Batam tetapi tidak berfoto di ikon ini," kata Momin, salah seorang turis dari Malaysia, Jumat, 13 Desember 2024.
Saat ini, dua gedung berbentuk ruko tiga lantai telah berdiri di depan ikon tersebut. Bangunan yang sedang dikerjakan itu mulai menutupi landmark yang sering disebut mirip tulisan Hollywood Sign di Los Angeles, California.
Warung Tutup karena Sepi
Keberadaan ikon ini menjadi berkah bagi para pedagang kaki lima di depannya. Beberapa wisatawan berbondong-bondong datang ke depan WTB berfoto ria sambil menikmati makanan dari para pedagang. Beberapa fotografer terlihat masih duduk di bawah tenda para pedagang.
Pantauan Tempo.co, Jumat, terlihat beberapa warung sudah tutup karena sepi. "Sudah ada yang gulung tikar, ya mau jual ke siapa di sini," kata salah seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya.
"Ya pastilah jualan terhambat. Dulu, biasa dapat Rp200-500 ribu sehari, sekarang mencari Rp50.000 saja susah. Istilahnya, nggak buka dasarnya," kata pedagang lain bernama Putra. Ia adalah pedagang jeruk peras di lokasi tersebut yang terus bertahan.
Suasana sepi di depan ikon Welcome to Batam yang tertutup bangunan apartemen, Jumat (14/12/2024). Sebagian warung tetap buka, sebagian lagi sudah tutup. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Wisatawan Kecewa
Putra mengungkapkan bahwa setiap wisatawan yang datang merasa kecewa dengan pemandangan ikon WTB yang tertutup. Bahkan, beberapa wisatawan langsung putar balik karena kondisi itu. "Mereka mengeluh, ikon tertutup. Bagaimana wisatawan bisa banyak datang ke negara kita jika seperti ini?" kata dia.
Saat wawancara dengan Putra, beberapa wisatawan datang menggunakan mobil travel. Baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Tampak mobil travel ini hendak berputar arah. Namun, Putra bersama pedagang lainnya menyarankan wisatawan untuk berfoto agak jauh dari posisi biasanya agar ikon WTB tetap terlihat.
"Ya seperti itulah sekarang. Kalau kita tidak arahkan, mereka sudah pergi. Kadang diarahkan juga untuk foto agak jauh, mereka juga tidak mau, karena sudah kecewa," kata Rahmat, pemandu wisata di depan WTB.
200-1000 Wisatawan Setiap Hari
Rahmat mengatakan bahwa proyek apartemen ini sudah mulai dibangun sejak enam bulan lalu, tetapi mulai menutupi ikon tersebut dan berdampak pada kunjungan wisman dua bulan terakhir.
"Kunjungan wisatawan jelas merosot hingga 80 persen, 100 persen wisatawan kecewa karena ikon ini tertutup," kata Rahmat.
Tujuan utama wisatawan, menurut Rahmat, adalah untuk berfoto dengan ikon WTB. Rata-rata, kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, mencapai 200 orang pada hari biasa dan 1.000 orang pada akhir pekan per harinya. "Kalau sudah tertutup semua, wisatawan tidak bisa berfoto lagi," tambahnya.
UMKM di kawasan ini juga jelas terdampak. Menurut Rahmat, ada sekitar 150 hingga 200 pedagang di area tersebut, serta lima orang fotografer. "Kami meminta pemerintah untuk memperhatikan hal ini, karena para UMKM ini menghidupi keluarga mereka. Jadi ada dampak sosialnya kalau ikon ini tertutup," kata Rahmat.
Beredar kabar di kalangan pedagang bahwa ruko ini akan dibangun menjadi lima lantai. Jika sudah lima lantai, wisatawan sama sekali tidak bisa melihat ikon ini. "Kalau tiga lantai, masih bisa kita minta wisatawan mundur sedikit untuk berfoto, tapi kalau sudah lima lantai gedungnya, nggak bisa foto sama sekali," kata Rahmat.
Rahmat juga meminta pemerintah untuk peduli terhadap masalah ini. "Tapi nggak tahu juga, pemerintah mungkin punya pemikiran lain. Ada juga wisatawan yang bilang, 'Pemerintah kamu bagaimana ini?'" kata Rahmat menirukan keluhan wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam, Ardiwinata, mengatakan pihaknya sudah menerima keluhan terkait tertutupnya "Welcome to Batam" oleh bangunan di sekitar kawasan tersebut. Ia mengaku sudah berkoordinasi secara informal dengan pihak terkait agar ikon tersebut tetap dipertahankan.
"Kami juga merasa terganggu, karena kunjungan wisatawan mencari tempat untuk foto dan membuat konten yang menarik. Kami meminta pihak terkait agar ikon 'Welcome to Batam' ini dipertahankan, supaya tidak mengurangi arti Batam sebagai kota pariwisata dan destinasi yang kita butuhkan," kata Ardiwinata.
Monumen "Welcome to Batam" atau "Selamat Datang ke Batam" didirikan sejak 2010 di Bukit Clara, Batam Center, Tanjung Tering. Landmark tersebut dibangun sebagai simbol penyambutan dan salam untuk wisatawan yang melancong ke Pulau Batam. Posisinya menghadap terminal internasional kapal feri, sehingga setiap wisatawan yang datang langsung disambut dengan tulisan tersebut.
Pilihan Editor: BP Batam Pindahkan Sandar Kapal Pelni ke Pelabuhan Bintang 99