Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kain ulos bagi Suku Batak mempunyai banyak makna. Tentunya akan menjadi suvenir istimewa sebelum meninggalkan Danau Toba.
Baca juga: Wisata ke Danau Toba, Catat Biaya yang Harus Disiapkan
Menenun atau dalam bahasa lokal martonung adalah kegiatan yang biasa ditekuni oleh kaum remaja Suku Batak Toba. Cukup mudah menemukan kaum perempuan menenun dengan alat trasidisional di Pulau Samosir. Para remaja biasanya melakukannya sepulang dari sekolah, sementara kaum ibu, umumnya menenun setelah mengurus rumah. Tentunya, sembari mengasuh si kecil.
Tak hanya indah, ulos pun penuh corak yang bermakna, karena merupakan kain adat. Karena itu bila ingin membelinya sebagai oleh-oleh, sebaiknya tanya lebih dulu arti dari corak yang terpampang. Karena ada ulos untuk kelahiran, pernikahan hingga kematian. Lantas, setiap daerah juga mempunyai ciri. Seperti ulos Batak Tobak lebih redup dengan dominasi hitam dan abu-abu dan corak yang simpel.
Bila ingin membeli suvenir berupa kain tradisional, sebaiknya datang langsung ke penenun. Biasanya kaum perempuan melakukan kegiatan bersama-sama di depan rumahnya. Seperti di Desa Penampangan. Atau bisa ditemukan juga di Desa Perbaba, dekat Pangururan. Biasanya, dalam perjalanan ke museum dan kampung adat di Samosir, wisatawan melewati rumah-rumah dan penenun pun kadang terlihat beraksi di depan rumahnya.
Bila tak sempat bersua penenun di Samsosir, penenun bisa ditemukan di kota daerah Parluasan, Pematangsiantar atau saat di Medan, Anda bisa mampir ke Pasar Sentral atau gerai oleh-oleh. Harga kain ulos tergantung pada warna dan corak, biasanya mulai Rp 500 ribu hingga puluhan juta rupiah.
Baca juga: Mengintip Pesona Danau Toba di Car Free Day Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini