Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang penumpang pesawat menggugat maskapai penerbangan American Airlines karena mengaku terbakar oleh teko kopi saat turbulensi. Penumpang itu mengajukan gugatan pertamanya di pengadilan negara bagian bulan lalu, tetapi diajukan kembali Kamis, 5 September 2024, di Pengadilan Distrik Michigan, Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Insider, dalam gugatan tersebut, disebutkan bahwa dia terbang dari Baltimore ke Detroit pada bulan Februari. Tiba-tiba pesawat mengalami turbulensi. Saat itu seorang pramugari menghentikan troli servis di lorong sebelum duduk. Namun, saat pesawat dilanda turbulensi, teko kopi di troli terlepas dan jatuh ke pangkuan penumpang bernama Gina Mason.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mason mengaku mengalami luka bakar tingkat pertama dan kedua di kaki, paha, dan area genitalnya. Dia mengatakan bahwa insiden tersebut juga menyebabkan ia menderita kecemasan dan depresi.
Atas penderitaannya, ia meminta jumlah ganti rugi yang komprehensif dan terbuka lebih dari $75.000 atau sekitar Rp1,2 miliar.
American Airlines belum memberikan tanggapan atas kasus ini.
Insiden serupa
Gugatan serupa pernah terjadi bulan Juli lalu. Seorang penumpang JetBlue mengatakan bahwa ia tersiram teh panas selama turbulensi. Ia meminta ganti rugi sebesar $1,5 juta atau sekitar Rp2,3 miliar.
Turbulensi menjadi perhatian akhir-akhir ini setelah seorang penumpang Singapore Airlines meninggal dalam penerbangan pada Mei. Setelah itu, turbulensi lebih sering terjadi dan menjadi pemberitaan di banyak media internasional.
Korean Air Hentikan Sajikan Mi Instan
Mengindari bahaya yang ditimbulkan turbulensi, bulan lalu, Korean Air berhenti menyajikan mi instan kepada penumpang kelas ekonomi karena khawatir ada penumpang yang tersiram air panas
"Keputusan ini merupakan bagian dari langkah-langkah keselamatan proaktif sebagai respons terhadap peningkatan turbulensi, yang bertujuan untuk mencegah kecelakaan akibat luka bakar," kata maskapai tersebut.
Korean Air juga mengatakan bahwa jumlah insiden turbulensi meningkat dua kali lipat pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.
Dalam sebuah studi tahun 2023, para peneliti di University of Reading menemukan bahwa turbulensi semakin umum terjadi di Atlantik Utara. Dikatakan bahwa pada titik tertentu, jenis turbulensi udara jernih yang paling parah meningkat sebesar 55 persen antara 1979 dan 2020.