Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Kompleks Makam Keluarga Paling Terkenal di Indonesia: Yogyakarta hingga Blitar

Terdapat banyak kompleks makam keluarga para tokoh publik yang terkenal di Indonesia. Berikut 3 makam keluarga paling tersohor di Tanah Air.

17 Juni 2022 | 10.55 WIB

Sejumlah abdi dalem menuangkan air dari gentong ke cerek untuk dibagikan ke warga yang datang ke prosesi nguras enceh di Makam Raja-raja Mataram, Imogiri, Bantul, Di Yogyakarta, Jumat (23/12). ANTARA/Zabur Karuru
Perbesar
Sejumlah abdi dalem menuangkan air dari gentong ke cerek untuk dibagikan ke warga yang datang ke prosesi nguras enceh di Makam Raja-raja Mataram, Imogiri, Bantul, Di Yogyakarta, Jumat (23/12). ANTARA/Zabur Karuru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta -Pemakaman atau pekuburan adalah sebidang tanah yang disediakan untuk makam.

Pemakaman bisa bersifat umum maupun khusus, misalnya pemakaman menurut agama, pemakaman pribadi milik keluarga alias makam keluarga, Taman Makam Pahlawan, dan sebagainya. Berikut beberapa makam keluarga paling terkenal

Makam Raja-raja Mataram

Makam raja-raja Mataram yang berada di Kotagede, Yogyakarta maupun di Imogiri, Bantul dianggap keramat dan suci hingga kini. Kedua tempat itu pun tak pernah sepi dari peziarah. Di Makam Kotagede saja, tercatat lebih dari 5.000 peziarah dalam satu bulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Itu yang tercatat di buku tamu. Sebenarnya yang nyekar lebih dari itu,” kata juru kunci Makam Kotagede, Lurah Endri Wisastro kepada Tempo di Kantor Sekretariatan Makam Kotagede, Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi pezirah yang ingin nyekar ke makam raja-raja tersebut, menurut dia, perlu mengetahui aturan mainnya.

Mas Lurah Endri Wisastro menjelaskan para peziarah yang datang ke makam raja tak bisa berperilaku sesukanya. Urusan pakaian yang dikenakan pun diatur dengan ketat.

Peziarah perempuan harus mengenakan kain jarit sebatas dada atau kemben sehingga terbuka di bagian bahu. Mereka juga tidak boleh berkerudung. Mas Lurah Endri Wisastro mengatakan aturan tersebut dinilai lebih ringan ketimbang aturan zaman dulu. "Kalau dulu rambutnya harus pakai konde," kata dia.

Jenazah Hamengku Buwono IX dibawa Kiai Ratapralaya menuju makam Imogiri, Yogyakarta, 8 Oktober 1988. Dok. Perpustakaan Nasional

Sementara peziarah laki-laki harus memakai kain jarit dan atasan berupa baju peranakan. Kedua pakaian yang dikenakan peziarah perempuan dan laki-laki itu merupakan pakaian abdi dalem.

Peraturan ini tak berlaku bagi anak-anak raja, baik yang orang tuanya masih bertahta maupun yang sudah meninggal. Untuk putri raja dibolehkan memakai kebaya. Adapun putra raja Kasunanan Surakarta mengenakan baju beskap dan baju surjan untuk keluarga Kasultanan Yogyakarta. "Kalau derajatnya cucu raja ke bawah seterusnya berlaku seperti peziarah umum lainnya. Pakai kemben dan peranakan," kata Lurah Endri Wisastro.

Berikutnya: Saat masuk makam, para peziarah harus melepas...


Saat masuk makam, para peziarah harus melepas alas kaki dan dilarang membawa kamera. Barang-barang itu dititipkan di kantor sekretariat makam. "Karena tidak boleh memotret isi makam dan tidak boleh selfie di makam," kata Mas Lurah Endri Wisastro.

Para peziarah tak perlu repot membawa pakaian-pakaian yang disyaratkan itu dari rumah. Kantor sekretariat makam menyediakannya dan bisa disewa.

Satu set pakaian peziarah disewakan seharga Rp 35 ribu. Khusus menyewa pakaian untuk berfoto di kawasan di luar makam, cukup merogoh kocek Rp 25 ribu per set. "Banyak juga anak muda yang datang bukan untuk berziarah, melainkan berwisata dan foto-foto," kata dia.

Makam Keluarga Soeharto

Astana Giribangun sebagai lokasi Presiden ke-2 RI, Soeharto dan istrinya, Siti Hartinah atau lebih populer dipanggil Ibu Tien Soeharto, dimakamkan. Selain sebagai makam, Astana Giribangun merupakan sebuah museum bagi keluarga Soeharto. Makam ini juga terbuka bagi umum yang mau berziarah.

Kompleks Astana Giribangun dibangun di atas bukit Ngaglik seluas kurang lebih 4,3 hektar di Jl. Astana Giribangun, Dengkeng, Girilayu, Kecamatan Matesih, Karanganyar. Sebelum ada Astana Giribangun, di lokasi tersebut terdapat kompleks makam dari keluarga Pura Mangkunegaraan, yaitu Astana Mangadeg.

Wisatawan berfoto di dalam Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah. dok TEMPO/ Arie Basuki

Astaga Giribangun dibangun pada tahun 1974, dan diresmikan pada Jumat Wage tanggal 23 Juli 1976. Di Kompleks ini keluarga mantan Presiden Soeharto atau yang dikenal sebagai keluarga Cendana dimakamkan.

Di dalam astana ini terdapat makam Kanjeng Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Sri Mangkunegara I, yang terkenal dengan Pangeran Samber Nyowo. Pada masa hidupnya sang pangeran ini ialah seorang pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah keadipatian tinggi di wilayah Jawa Tengah bagian timur.

Tiga Cungkup

Astana ini memiliki tiga bagian cungkup yang disebut Argotuwuh, Argokembang, dan Argosari. Satu bagian cungkup utama dan dua bagian cungkup lainnya merupakan calon makam yang diperuntukkan bagi keluarga dan para pengurus Yayasan Mangadeg.

Cungkup Argosari merupakan cungkup utama di Astana Giribangun. Di cungkup inilah mantan presiden Soeharto beserta istrinya dimakamkan. Selain itu terdapat juga makam kedua orang tua Ibu Tien yang masih keturunan keluarga Mangkunegaran.

Berikutnya: Cukup Argokembang dan makam keluarga Bung Karno


Cungkup Argokembang merupakan tempat makam yang dikhususkan untuk para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg ataupun keluarga akbar Mangkunegaran lainnya yang dianggap bermanfaat kepada yayasan yang mengajukan permohonan untuk dimakamkan di astana tersebut.

Cungkup Argotuwuh merupakan cungkup terluar dari astana ini, diperuntukkan bagi para pengurus Yayasan Mangadeg atau keluarga besar Mangkunegaran, sama seperti Cungkup Argokembang.

Makam Keluarga Bung Karno

Sejak berakhirnya Orde Baru pada 1998, Makam Presiden Pertama Sukarno mendapatkan kunjungan tinggi dari masyarakat dari berbagai pelosok Indonesia.

Makam Bung Karno yang terletak di Kelurahan Bendogerit, Sananwetan, Kota Blitar itu kini menjadi penarik utama bagi wisatawan ke kota yang berada di sisi selatan Jawa Timur itu.

Pemerintah Kota Blitar berusaha membangun destinasi tambahan dan membangun citra sebagai kota destinasi wisata sejarah.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Kiri) menaburkan bunga di pusara Makam Presiden Soekarno, Kota Blitar, Jawa Timur, Minggu 24 Oktokber 2021. Ganjar Pranowo berkunjung di kawasan Makam Presiden Soekarno untuk berziarah, usai mengunjungi pusat budidaya bunga anggrek di kawasan lereng Gunung Arjuna. ANTARA FOTO/Irfan Anshori

Beberapa yang telah dijadikan destinasi tambahan adalah Rumah Gebang atau Istana Gebang di Jalan Sultan Agung yang merupakan rumah masa kecil Soekarno dan juga Perpustakaan Bung Karno yang dibangun bersama Pemerintah Pusat.

Saat ini, dua destinasi tambahan selain makam Bung Karno sedang dalam proses perencanaan dan persiapan awal yaitu Museum Pemberontakan PETA dan Diorama Perjuangan Bung Karno di Rumah Gebang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus