Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Karanganyar - Di lereng barat Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, telah hadir dua tujuan wisata baru yang menarik minat para pelancong: Lembah Katresnan dan Lembah Sumilir. Dua lembah indah ini melengkapi berbagai obyek wisata yang telah ada sebelumnya di sepanjang jalur kecamatan Ngargoyoso-Jenawi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kawasan ini memang dikenal memiliki banyak tempat pelancongan, mulai dari wisata purbakala, alam, hingga tempat berfoto yang asyik. Tentu saja, peninggalan purbakala Candi Sukuh dan Candi Cetho tetap menjadi magnet utama kawasan. Kedua candi itu dibangun sekitar abad ke-15, di akhir masa Kerajaan Majapahit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara wisata alam yang telah berkembang lebih dulu adalah, beberapa diantaranya, adalah air terjun Jumog dan Parangijo, Telaga Madirda hingga hamparan kebun teh yang memanjakan mata. Lembah Katresnan dan Lembah Sumilir kian melengkapi pilihan turis yang ingin menjelajah dataran tinggi ini.
Adalah kreativitas masyarakat desa di sepanjang jalur wisata ini yang berhasil “memunculkan” Lembah Katresnan dan Lembah Sumilir. Mereka memaksimalkan potensi wisata dengan membuat titik-titik baru yang menarik untuk ajang berfoto ria.
Salah satunya adalah Lembah Katresnan yang dikelola para pemuda Desa Kadipekso, Kecamatan Jenawi. Obyek wisata baru itu terletak di tepi jalan menuju Candi Cetho. "Baru satu bulan ini dibuka," kata salah satu pengelola, Suyadi, Sabtu 14 Oktober 2017.Obyek wisata Lembah Katresnan yang dikelola oleh para pemuda Desa Kadipekso, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Obyek wisata baru itu terletak di tepi jalan menuju Candi Cetho. Tempo/Ahmad Rafiq
Pada awalnya, lokasi tersebut banyak digunakan sebagai tempat foto prewedding oleh masyarakat. Masyarakat Desa Kadipekso akhirnya menggarap potensi tersebut dengan lebih serius. "Lokasi wisata baru ini kami namakan Lembah Katresnan yang berarti percintaan," katanya.
Para pemuda itu menjalin kerjasama dengan perusahaan perkebunan yang mengelola kawasan itu. Mereka membangun beberapa properti yang siap digunakan untuk tempat berfoto, seperti menara pandang serta gubuk bambu. Tentu saja, hamparan tanaman teh menjadi latar yang memikat..
Dengan mengutip tiket masuk hanya Rp 3 ribu per orang, Lembah Katresnan mampu menyedot wisatawan untuk singgah. "Untuk bulan ini saja kami sudah mampu menyumbang Rp 700 ribu untuk kas pemuda," kata Suyadi Tempat itu juga mampu menghidupi para pemuda yang ikut mengelola.
Selain wisatawan biasa, pasangan yang melakukan sesi foto prewedding di tempat itu juga semakin banyak. Pengelola tidak merasa perlu menerapkan tarif tambahan. "Tiketnya masih sama, tapi kalau mau ngasih tambahan, ya, silakan," katanya.
Pemuda Desa Milir, Ngargoyoso juga melakukan hal yang sama. Mereka memanfaatkan keindahan kebun teh untuk dengan membangun spot-spot yang menarik untuk berfoto. Obyek wisata yang baru beberapa bulan beroperasi itu dinamakan Lembah Sumilir.
"Keindahan kawasan Ngargoyoso telihat jelas dari tempat ini," kata salah satu warga yang ikut mengelola, Mardi. Mereka membuat beberapa menara pandang dari bambu serta beberapa rumah pohon.
Ada pula bangunan mirip kincir angin bergaya Eropa hingga rumah-rumahan dari ranting pohon. "Konsepnya, kami memang menyediakan tempat bagi wisatawan yang hobi foto," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Karanganyar, Titis Sri Jawoto mengatakan perkembangan dua lembah itu membuktikan bahwa masyarakat di sekitar jalur Ngargoyoso-Jenawi memiliki kesadaran tentang pariwisata yang tinggi. "Mereka bergotong royong membuat lokasi wisata baru untuk memuaskan pelancong," kata dia.
Dia berharap hal ini tidak hanya membuat tingkat kunjungan wisatawan bertambah, namun juga mendorong mereka tinggal lebih lama di kawasan Karanganyar. "Satu hari tidak cukup untuk menikmati semua venue wisata di Ngargoyoso-Jenawi," kata Titis.
AHMAD RAFIQ (Karanganyar)