Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ikan arwana super red merupakan satwa endemik yang hidup di Danau Lindung Empangau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. warga di Kapuas Hulu menyebut arwana super red sebaga siluk merah. Harganya yang selangit, menjadikan siluk merah ikan yang paling diburu hingga jumlahnya pun kian menurun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk melindunginya, Danau Empangpau ditetapkan sebagai danau lindung, "Danau Empangau ditetapkan sebagai danau lindung melalui Surat Keputusan Bupati Kapuas Hulu Nomor 6 Tahun 2001," kata Nanang Sunarya, fasilitator Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Kalimantan saat lokakarya bersama Yayasan KEHATI di Jakarta Selatan, Rabu, 28 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nanang menjelaskan bahwa kehidupan masyarakat setempat bergantung dengan sumber daya alam. Mereka membudidayakan arwana super red dan ikan lain di antaranya tomang, belida, dan jelawat untuk urusan perekonomian setempat. "Ketergantungan mereka pada alam memicu aturan main untuk menjaga alam dengan kearifan lokal," tuturnya.
Danau Lindung Empangau memiliki luas 120 hektare dengan kedalaman sekitar 3-21 meter. Pengelolaan Danau Lindung Empangau ini dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pengawas yang dibentuk pada 2001. Danau Lindung Empangau memiliki tampilan air berwarna agak gelap, karena penembusan sinar matahari yang rendah.
"Kualitas air masih jernih, kalau kedalaman sekitar 3 meter atau 5 meter bisa melihat arwana super red," kata Agus, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Danau Lindung Empangau.
Kawasan danau lindung ini berada di Desa Empangau, Kecamatan Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu. Rute untuk menuju Desa Empangau ini bila ditempuh dari Putussibau menggunakan perahu cepat atau speed boat sekitar 3 jam dengan ongkos borongan Rp. 1.750.000, atau Rp. 250 ribu per orang.
Arwana super red atau siluk merah kian berkurang di habitat aslinya. Foto: @saggybali