Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Museum Saka bakal menjadi destinasi wisata baru bagi pecinta budaya Bali. Dibuka mulai tahun depan, museum ini memamerkan berbagai karya seni budaya masyarakat Pulau Dewata dari ratusan tahun lalu hingga saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Museum yang menjadi bagian dari Ayana Bali, Jimbaran, Bali, ini diperkenalkan pada Jumat malam, 29 September 2023. Para tamu yang menghadiri acara tersebut diajak berkeliling museum untuk melihat koleksi mulai dari patung, pintu-pintu istana dari tahun 1700-an dan 1800-an, kalender Bali yang terbuat dari kayu, naskah kuno yang ditulis di lontar, ogoh-ogoh, serta sebuah ruangan teater yang memutar video tentang budaya Bali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rudy Suliawan, pemilik jaringan hotel Ayana yang menjadi orang di balik pendirian museum ini, mengatakan bahwa museum ini didirikan untuk memperkenalkan budaya Bali kepada para wisatawan, terutama tentang Hari Raya Nyepi. Menurut dia, sejak Ayana dibuka pada 27 tahun lalu, dia dan tim mempelajari bahwa banyak wisatawan, terutama turis asing, yang belum mengenal Nyepi.
“Nyepi yang dirayakan setiap tahun merupakan hari yang sangat penting di Bali,” kata dia dalam acara perkenalan museum tersebut. “Nyepi di malam hari sangat indah, menikmati Bali tanpa televisi, Internet, dan mobil. Oleh karena itu, museum Saka bukan hanya tempat untuk memperlihatkan ogoh-ogoh, tapi juga memperlihatkan kehidupan Bali. Pengunjung akan memahami kehidupan masyarakat Bali,” kata dia.
Salah satu ogoh-ogoh koleksi Museum Saka di Ayana Bali yang dipamerkan pada Jumat, 29 September 2023 (TEMPO/Mila Novita)
Ogoh-ogoh karya seniman Bali
Untuk pameran perdananya, Museum Saka, yang berarti kalender Bali, berkolaborasi dengan komunitas dan seniman Bali untuk menciptakan ogoh-ogoh, patung raksasa yang diarak di jalan-jalan pada malam hari Nyepi atau perayaan Tahun Baru Bali. Pameran ini melibatkan sembilan banjar dan seniman muda ternama, termasuk Banjar Ubung Jimbaran; Banjar Tainsiat Denpasar dipimpin oleh seniman, Kedux; dan Banjar Kelodan Tampaksiring yang dipimpin oleh seniman, Gusman Koi.
Kurasi dan pengembangan pameran ogoh-ogoh diawasi oleh tim kuratorial yang dipimpin oleh inovator budaya terkemuka, Marlowe Bandem. Bandem selama ini dikenal sebagai aktivis budaya yang ingin memperkenalkan budaya Bali ke generasi muda.
Koleksi permanen museum yang akan diresmikan tahun depan telah dikurasi oleh komite peneliti, kolektor, dan pakar budaya terkenal, termasuk James Bennet, Prof. I Made Bandem, Farah Wardani, dan Marlowe Bandem, di bawah kepemimpinan Bruce Carpenter, seorang galeris dan sejarawan seni terkemuka yang telah menulis lebih dari 20 buku tentang seni, budaya, dan sejarah Indonesia.
Giordano Faggioli, General Manager Ayana Resort, mengatakan bahwa kehadiran museum ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi Ayana Resort kepada Bali. “Melalui Museum Saka, Ayana bertujuan untuk meningkatkan kontribusinya secara signifikan kepada masyarakat Bali yang telah memberikan banyak berkah bagi keluarga Ayana,” ujar Giordano Faggioli, General Manager Ayana Resort.
Venue acara
Selain menampilkan koleksi budaya Bali, museum ini juga memiliki beberapa venue yang kaya akan budaya. Venue ini dapat memenuhi kebutuhan Bali sebagai destinasi MICE.
Untuk acara di dalam ruangan, ada East Gallery di lantai pertama. Ruangan ini menyediakan suasana berseni untuk acara-acara khusus, mulai dari pernikahan hingga pertemuan yang dapat menampung hingga 300 tamu. Ruang VIP mewah juga tersedia untuk dipesan sebagai tempat pertemuan pribadi dengan suasana artistik yang elegan.
Untuk acara di luar ruangan, Saka Garden di lantai dua bisa jadi pilihan. Dikelilingi oleh taman-taman hijau dan menawarkan pemandangan matahari terbenam, area ini dilengkapi dengan panggung terapung yang spektakuler dengan daya menampung hingga 400 peserta.
Interior museum ini dibangun berkolaborasi dengan Napp Studio & Architects yang telah memenangkan banyak penghargaan. Mereka dikenal atas karya museum yang memberikan pengalaman sekaligus meningkatkan rasa ingin tahu pengunjung. Sebagai ruang inklusif, Museum Saka ramah kursi roda, menggabungkan lift, dan toilet difabel ke dalam desainnya.
Museum Saka dibuka pada perayaan Nyepi 2024. Museum ini dapat diakses tamu Ayana Villas Bali, Ayana Resort Bali, Ayana Segara Bali, dan Rimba by Ayana Bali secara gratis dengan menjadwalkan kunjungan. Pengunjung umum dapat membeli tiket yang harganya akan diumumkan saat peresmian tahun depan. Namun sebelum peresmian, Museum Saka juga terbuka secara terbatas untuk kunjungan pribadi mulai 1 Oktober 2023.
Pilihan Editor: 5 Perawatan yang Patut Dicoba di Resor Pemenang Penghargaan Ini