Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Menjelajahi Geopark Tambora di Pulau Sumbawa

Geopark Tambora memiliki keunikan berupa lanskap Gunung Tambora, geosite, hingga spesies satwa endemik. Seluruhnya menarik untuk dieksplorasi.

5 Oktober 2019 | 21.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Di tepi kaldera Gunung Tambora. Tempo/Anton Apriyantono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Mataram - Jika menyebut Tambora, kebanyakan orang mengidentikkannya dengan kegiatan pendakian di salah satu puncak gunung api yang mengubah sejarah dunia ratusan tahun yang lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi banyak yang tidak mengetahui bahwa di sekitar kaki Gunung Tambora juga menyimpan berbagai destinasi menarik untuk dikunjungi. Dampak mega letusan Gunung Tambora pada 1815 meninggalkan jejak-jejak letusan, yang terekam oleh alam dan proses geologisnya masih berlangsung hingga sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut General Manager Geopark Tambora Ridwan Syah, seluruh lanskap di kaki Gunung Tambora merupakan keanekaragaman geologi yang bernilai tinggi. ''Dan patut dilestarikan sebagai warisan Gunung Tambora bagi dunia,'' katanya kepada TEMPO, Jumat 4 Oktober 2019. 

Tidak hanya itu, jejak sejarah, budaya dan keindahan alam di kawasan ini juga patut dijelajahi ketika berkunjung di kawasan yang memiliki status sebagai geopark nasional itu. Bahkan beberapa geosite - sebutan untuk situs di dalam geopark - memiliki keunikan alam yang khas dan langka di dunia.

Sebut saja Pulau Satonda yang terletak di sisi utara dari Gunung Tambora. Danau di tengah-tengah pulau ini diketahui sebagai satu dari 3 danau air asin di dunia. 

Festival Pesona Tambora menghadirkan atraksi Takdir Cinta pada Kamis, 11 April 2019. TEMPO | Supriyantho Khafid

Danau ini merupakan danau kawah yang terbentuk akibat letusan yang terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu. Air laut memenuhi kawah dengan salinitas yang sangat tinggi, sehingga dapat tumbuh stromatolit.

Stromatolit berupa gundukan, kolom, dan batuan sedimen berbentuk lembaran berlapis. Pada awalnya dibentuk oleh pertumbuhan lapisan demi lapisan cyanobacteria, mikroba bersel satu yang dapat berfotosintesis.

Setelah stromatolit tumbuh, terjadi pengangkatan sehingga air asin terjebak di dalam danau sampai sekarang. Kehadiran stromatolit di Danau Satonda merupakan hal yang istimewa, karena syarat tumbuhnya stromatolit menyerupai ekologi laut purba Pra-Kambrium.

Selain itu, salah satu geosite popular di kawasan Geopark Tambora yaitu situs Tebing Breksi Sarae Nduha. Situs ini memiliki lanskap yang bervariasi, yaitu perpaduan antara bentukan morfologi dan endapan batuan.

Bentukan morfologi berupa bukit-bukit landai dan tebing hasil abrasi air laut, merupakan pemandangan unggulan pada situs ini. Proses abrasi ini juga menyingkap endapan batuan di sepanjang pantai Sarae Nduha, di mana endapan ini merupakan endapan pyroklastik hasil letusan Gunung Tambora tahun 1815.

Ridwan Syah menyebut inisiatif pemuda setempat dalam menata kawasan dengan menyediakan beberapa fasilitas pendukung wisata seperti bangku-bangku serta papan informasi menarik dengan konten edukasi dalam bahasa kasual anak muda. ''Membuat situs ini menjadi situs yang paling ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar,'' ujarnya.

Jika ingin mengetahui tentang sejarah terkait letusan Gunung Tambora, dapat singgah ke Museum Kerajaan Sanggar yang merupakan museum kebudayaan. Di museum mini ini pengunjung akan menjumpai berbagai benda-benda koleksi bekas Kerajaan Sanggar dan dapat mengakses informasi tersebut dengan mudah.

Beberapa sisa Kerajaan Sanggar yang tersimpan dengan baik di museum ini yaitu kelompok senjata dan pusaka peninggalan Kerajaan Sanggar; kelompok hasil galian berupa penemuan barang pecah belah, perlengkapan pertanian dan peralatan rumah tangga, informasi tentang sejarah, adat istiadat, dan budaya Kerajaan Sanggar; serta informasi tentang letusan Gunung Tambora tahun 1815.

Berbagai pilihan geosite ini menjadikan kunjungan ke Geopark Tambora tidak akan membosankan dan pengunjung akan pulang dengan oleh-oleh berupa ilmu dan wawasan baru.

Danau Satonda terletak di tengah pulau Satonda dan termasuk wilayah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. TEMPO/Supriyantho Khafid

Padang Savana

Geopark Tambora di Pulau Sumbawa merupakan satu wujud pembangunan berkelanjutan untuk melindungi situs geologi dan keanekaragaman hayati, serta pemberdayaan masyarakat.

Geopark merupakan program UNESCO yang terbukti berhasil di banyak negara, melalui pembangunan secara holistik dengan melibatkan partisipasi masyarakat di sekitar kawasan. Sehingga tercapai pembangunan yang berkelanjutan, baik secara lingkungan maupun kebudayaan.

Geopark Tambora memiliki keunikan dibanding Geopark Rinjani. Sepanjang perjalanan berkeliling geosite-geosite di Geopark Tambora, wisatawan disuguhi pemandangan padang savana. Angin kering yang berhembus dari benua Australia menyebabkan padang savana ini memiliki rumput berwarna kekuningan dan menjadikan ciri khas kawasan ini. 

Berkunjung ke Geopark Tambora merupakan wujud kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan untuk melindungi situs geologi dan keanekaragaman hayati, serta pemberdayaan masyarakat sekitar.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Taman Nasional Tambora Deny Rahardi yang semula memegang jabatan Pengendali Eko Sistem Hutan di sana menjelaskan bahwa Tambora dengan bentang lahan yang sangat luas, memiliki keragaman jenis tumbuhan yang cukup tinggi. Sebaran tumbuhan tersebut tersebar kedalam tiga tipe ekosistem hutan mulai dari hutan musim, hutan hujan tropis dan hutan savana.

Kondisi tutupan vegetasi yang rapat membentuk ekosistem yang membuat kawasan Taman Nasional Tambora memiliki peran strategis, sebagai sistem penyangga kehidupan untuk menjamin keberlangsungan fungsi ekologi pada kawasan tersebut.

Selain potensi tumbuhan kawasan Taman Nasional Tambora juga merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa mulai dari klas primata seperti kera abu-abu, reptil, rusa timor, kakatua kecil jambul kuning, nuri dan berbagai satwa endemik lainnya. 

Doro Ncanga merupakan tempat melepaskan diri dari rutinitas yang sempurna. Ribuan hewan ternak di padang savana keindahannya dapat dinikmati sambil camping. Foto: @rasadompu

Jenis burung yang telah teridentifikasi pada tahun 2012 sebanyak 43 jenis, yang beberapa jenis di antaranya merupakan jenis dilindungi dan satu jenis burung endemik Nusa Tenggara Barat. Tahun 2015 atas kerjasama Balai Taman Nasional Tambora dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dilaksanakan kegiatan eksplorasi flora dan fauna Taman Nasional Tambora.

Dari hasil kegiatan tersebut, diketahui jenis burung yang berhasil teridentifikasi sebanyak 70 jenis dengan indek keragaman jenis terkategori sedang (H = 2,567). SUPRIYANTHO KHAFID

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus