Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Museum Tekstil Ditutup Mulai 20 Oktober hingga 25 Desember 2023

Bagi pengunjung yang ingin melihat koleksi kain di Museum Tekstil, sebaiknya datang kembali setelah 25 Desember.

18 Oktober 2023 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengunjung mengamati kain yang dipamerkan di Museum Tekstil, Jakarta Barat. Ahad, 18 Desember 2022. Pameran Kriya Serat Alam dan Warna Alam memamerkan berbagai macam wastra nusantara dan serat alam nusantara. TEMPO/Magang/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Museum Tekstil Jakarta akan ditutup total mulai 20 Oktober hingga 25 Desember 2023. Penutupan ini dilakukan untuk pemerliharaan museum yang berada di bawah Unit Pengelolaan Museum Seni ini. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum penutupan total, museum ini sudah melakukan penutupan sebagian pada 2 Oktober hingga 19 Oktober. Selama periode tersebut, pengunjung hanya dapat masuk ke Gedung Pameran Utama. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jadi, bagi pengunjung yang ingin melihat koleksi tekstil di museum ini, sebaiknya datang kembali setelah 25 Desember. 

Sejarah Museum Tekstil

Pada pertengahan 1970, terjadi penurunan pemakaian wastra atau kain tradisional oleh masyarakat. Tidak hanya itu, pemahaman tentang wastra Nusantara pun menjadi berkurang. Hal ini telah mendorong sekelompok warga pecinta kain tradisional untuk menciptakan sebuah organisasi yang ditujukan bagi pelestarian dan penelitian wastra Indonesia yang diberi nama Himpunan Wastraprema. 

Himpunan ini menyumbangkan 500 lembar wastra bermutu tinggi yang dipelopori oleh Ali Sadikin selaku Gubernur Jakarta saat itu. Pemerintah DKI Jakarta mendukung dengan menyediakan tempat bagi koleksi tersebut di Jalan Aipda Ks Tubun, Tanah Abang, Petamburan. Museum Tekstik diresmikan oleh Tien Soeharto pada 28 Juni 1976. 

Gedung bekas rumah orang Prancis

Bangunan yang dijadikan Museum Tekstil merupakan bangunan tua yang indah. Konon, awalnya bangunan ini merupakan rumah pribadi milik seorang warga negara Prancis yang dibangun pada abad ke-19.

Setelah itu, bangunan ini berpindah-pindah tangan, dari pejabat konsul Turki, jadi markas Perintis Front Pemuda, dijual kepada Lie Sion Pin yang kemudian disewakan kepada Departemen Sosial, hingga akhirnya pada 1975 diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta. 

Pada 1985, koleksi museum ini bertambah sehingga dibangun dua gedung tambahan sebagai ruang perawatan, ruang penyimpanan koleksi, ruang pengenalan wastra, auditorium, perpustakaan, dan kantor.

Ketika UNESCO memberikan piagam Warisan Budaya Takbenda untuk batik, pada 2 Oktober 2010 dibuatlah Galeri Batik Indonesia. Museum Tekstil bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia meresmikan galeri ini untuk menyajikan koleksi batik dari seluruh Indonesia.

Museum Tekstil ini dibuka pada Selasa - Minggu, dan tanggal merah mulai dari pukul 9 pagi sampai 4 sore, namun setiap hari senin tutup atau libur. Harga untuk memasuki museum ini yaitu Rp 5.000. Tapi, tunggu sampai akhir tahun untuk datang lagi ke museum ini. 

LAYYIN AQILA 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus