Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Festival Ngopi Sepuluh Ewu kembali diadakan di Desa Kemiren, Banyuwangi, pada 5-6 November 2024. Acara tahunan untuk memperingati hari jadi Desa Wisata Osing Kemiren ini menjadi momen yang dinanti oleh masyarakat dan wisatawan. Semua bisa menikmati kopi khas Osing dalam suasana penuh persaudaraan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun lalu, festival ini sukses menyedot perhatian ribuan pengunjung dari berbagai daerah, yang memadati sepanjang jalan Desa Kemiren untuk merasakan budaya lokal yang kental dan hangatnya suku Osing.
Suguhan Kopi di Depan Rumah
Selama perayaan dua hari, warga Desa Kemiren yang sebagian besar berasal dari suku Osing, menyiapkan kopi di meja-meja depan rumah mereka. Para tamu yang hadir dapat menikmati kopi secara gratis, dan setiap rumah di sepanjang jalan desa menyuguhkan beragam jenis kopi, mulai dari arabika, robusta, hingga house blend, yang ditemani jajanan tradisional. Tradisi ini memberikan suasana unik, di mana setiap tamu bisa merasakan interaksi warga desa sambil duduk lesehan atau di teras rumah yang dihias seperti ruang tamu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival ini bukan sekadar menikmati kopi, namun juga sarana untuk mempererat tali persaudaraan. Dengan filosofi "sak corot dadi seduluran" atau “sekali seduh kita bersaudara”, Ngopi Sepuluh Ewu menjadi simbol persahabatan antarwarga desa dan para pengunjung. Tradisi ini tidak hanya diterapkan oleh warga setempat, tetapi juga menarik wisatawan nasional dan mancanegara yang ingin menikmati kopi dan budaya khas Banyuwangi.
Pertama Digelar pada 2013
Ngopi Sepuluh Ewu pertama kali diadakan pada tahun 2013 dan kini telah menjadi salah satu bagian dari rangkaian Banyuwangi Festival. Masyarakat Osing percaya bahwa melalui acara ini, mereka dapat membangun dan mempertahankan hubungan baik dengan sesama serta memperkenalkan budaya mereka kepada orang luar. Bagi pengunjung, ini adalah kesempatan untuk memahami nilai-nilai kebersamaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Osing.
Tahun lalu, ribuan pengunjung terlihat memenuhi jalan utama desa dengan antusias. Warga desa yang mengenakan pakaian adat Osing dengan ramah menyambut tamu dan menyajikan kopi mereka dengan cangkir khas yang diwariskan secara turun-temurun. Kehangatan dan kasih sayang suku Osing memberikan pengalaman berbeda bagi para pengunjung yang merasa seperti menjadi bagian dari keluarga besar desa tersebut.
Keunikan Ngopi Sepuluh Ewu terletak pada suasananya yang hangat dan penuh kebersamaan, di mana para pengunjung diajak menyeruput kopi di teras rumah warga sambil bercengkrama layaknya keluarga. Tradisi yang sederhana namun bermakna ini, tidak hanya mempertemukan orang-orang dari berbagai latar belakang, tetapi juga menggambarkan kasih sayang suku Osing yang memperlakukan tamu dengan “lungguh, gupuh, dan suguh” artinya meminta duduk, menyambut dengan tulus, dan menyuguhkan hidangan. Inilah yang menjadikan festival ini istimewa, lebih dari sekadar pesta kopi, Ngopi Sepuluh Ewu menjadi jembatan budaya yang mempererat persaudaraan serta memperkenalkan kekayaan tradisi lokal kepada dunia.
PUTRI ANI