Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Phuket dan Pattaya Overtourism, Pelaku Usaha Pariwisata Thailand Usul Pajak Turis Rp132.000

Selama musim ramai, Phuket di Thailand mengalami kemacetan lalu lintas dan kekurangan air, bandaranya pun kehabisan slot untuk penerbangan baru.

24 April 2024 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Phi Phi Islands di Phuket, Thailand (Pixabay)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Destinasi wisata populer Thailand, Phuket dan Pattaya, mengalami overtourism. Operator pariwisata Thailand mendesak pemerintah untuk serius membuat langkah-langkah untuk mengatasi overtourism, salah satu langkah yang diusulkan adalah pajak pariwisata sebesar 300 baht atau sekitar Rp132.000.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekretaris jenderal Federasi Asosiasi Pariwisata Thailand (Fetta) Adith Chairattananon mengatakan, buku putih yang akan disampaikan federasi kepada pemerintah akan mencakup solusi untuk mencegah overtourism, seperti yang terlihat di Thailand sebelum pandemi. Menurut dia, ini sejalan dengan janji Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin untuk menjadikan tahun 2025 sebagai tahun penting bagi pariwisata. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Dengan proyeksi 40 juta wisatawan, destinasi utama seperti Phuket, Samui, dan Pattaya berada di ambang overtourism,” kata Adith, seperti dikutip Bangkok Post, Selasa, 23 April 2024.

Selama musim ramai, Phuket telah mengalami kemacetan lalu lintas dan kekurangan air, sementara bandara internasionalnya kehabisan slot untuk maskapai penerbangan, katanya.

Tawarkan kota sekunder pariwisata

Ia juga mengatakan salah satu strategi utama adalah menarik wisatawan dari pusat-pusat utama ke kota-kota sekunder di negara tersebut yang menawarkan banyak atraksi potensial dan ruang untuk mengakomodasi arus wisatawan dalam jumlah besar.

Harus ada insentif bagi maskapai penerbangan yang ingin mengoperasikan penerbangan langsung ke bandara provinsi seperti U-tapao, dan bandara yang melayani Khon Kaen dan Krabi, sarannya. Langkah ini dinilai akan mengurangi kemacetan di antara bandara seperti Bandara Phuket atau Bandara Suvarnabhumi dan akan membantu menciptakan peluang bisnis regional.

Selain itu, otoritas terkait juga harus mempercepat konektivitas antara bandara dan pusat kota. Misalnya, kurangnya akses bus umum dari Bandara U-tapao ke kota Pattaya membuat maskapai baru enggan mengoperasikan penerbangan karena situasi saat ini tidak nyaman bagi penumpang.

Dana untuk pengembangan infrastruktur

Sementara itu, Wakil Presiden Dewan Pariwisata Thailand (TCT) Surawat Akaraworamat mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan kembali pengumpulan biaya pariwisata sebesar 300 baht untuk membantu mendanai pengembangan pariwisata.

Surawat mengatakan dana tersebut dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur di provinsi-provinsi lapis kedua untuk menarik wisatawan dan memperbaiki atraksi-atraksi yang rusak akibat overtourism. 

Dia yakin bahwa pajak yang hanya sebesar Rp132.000 tidak akan menyurutkan semangat wisatawan asing untuk mengunjungi Thailand karena masih lebih murah dibandingkan dengan beberapa negara lain.

Bukan hanya Thailand, destinasi populer di negara lain juga banyak yang memberlakukan pajak turis, termasuk Bali, Amsterdam, Venesia, dan Barcelona. 

BANGKOK POST | VN EXPRESS

Pilihan Editor: 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus