Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Hiburan

Refleksi Instagram di Pengujung Tahun

Sepanjang 2018 yang akan berakhir kurang dari sepekan lagi ini, gue akan bercerita mengenai tempat yang memberikan banyak ruang yaitu Instagram.

28 Desember 2018 | 16.26 WIB

Gambar ilustrasi keluarga Jokowi ala Khong Guan yang diunggah Kaesang Pangarep. Instagram
Perbesar
Gambar ilustrasi keluarga Jokowi ala Khong Guan yang diunggah Kaesang Pangarep. Instagram

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Siapa yang hari ini tidak punya akun di media sosial seperti Facebook, Twitter, dan terutama Instagram? Rasanya, kalaupun ada, itu sedikit sekali ya. Hidup di zaman yang serba digital ini memang menuntut orang untuk aktif di media sosial, karena banyak yang bilang akan ketinggalan informasi yang lagi hot. Walaupun sebenarnya menurut gue hal tersebut gak sepenuhnya benar juga sih. Masih banyak kok platform tempat kita berpijak. 

Sepanjang 2018 yang akan berakhir kurang dari sepekan lagi ini, gue akan bercerita mengenai tempat yang memberikan banyak ruang yaitu Instagram gue @merryhaan. Soalnya dari berbagai media sosial, gue udah lama gak aktif di Facebook, paling kali-kali aja buka kalo iseng dan share lagu dari Joox biar dapet VIP 12 jam. Kalo Youtube selalu gue pake untuk nonton dari yang serius sampe gak penting karena gue punya kuota gratis Youtube, jadi mubazir kalo gak dipakai. Gue hanya bercerita menurut pengalaman pribadi gue menggunakan Instagram dan Twitter sepanjang tahun ini.

Pada masa kejayaan Instagram, gue merasa bahagia karena instagram memberikan ruang untuk mencurahkan hobi foto-foto dan membumbuinya dengan kata-kata yang alakadarnya. Dulu mungkin hampir setiap minggu, gue posting foto untuk menambah koleksi postingan di Instagram supaya semakin beragam dan enak untuk dilihat. Gue selalu mempunyai kepuasaan pribadi kalo foto yang gue ambil bagus dan cocok untuk diunggah di Instagram pribadi.
 
Biasanya gue jarang foto diri tapi pemandangan, gambar orang lain dan sebagainya. Pada masanya, gue aktif banget lihat foto-foto yang diunggah oleh orang-orang yang beragam dengan karakternya masing-masing. Kalau dipikir-pikir mungkin gue menghabiskan separuh waktu hanya untuk buka Instagram setiap harinya. Hal yang sangat perlu disesali dalam kehidupan ini. Gue selalu mikir dulu gue ngapain ya waktu gak punya Instagram.
 
Menurut gue postingan orang di Instagram itu memperlihatkan seni tiap orang itu ada banyak dan beda-beda dari setiap akun. Banyak muncul artis-artis baru yang lahir berkat instagram yang mendapatkan banyak apresiasi dari warga instagram dan ada juga yang masuk penjara karena menyebarkan hoax atau ujaran kebencian di Instagram. Nah, kalo gue termasuk kategori warga Instagram yang biasa-biasa aja, karena bermain hanya untuk kesenangan pribadi. 
 
Gue masih menikmati instagram sampai awal tahun 2018 dengan berbagai foto dan video yang banyak gue like. Namun, namanya juga masa kejayaan pasti ada waktunya masa kegelapan. Sepanjang tahun 2018 ini jujur gue agak sedikit lelah menggunakan Instagram, sampai akhirnya gue hijrah ke Twitter. Mungkin banyak yang seperti gue yang memilih Twitter sebagai tempat bersandar.
 
Mungkin banyak orang merasakan hal yang sama kaya gue karena jenuh dengan Instagram. Iya jenuh banget cuy! Kaya kehilangan jati dirinya tuh tempat bermain gue. Masalahnya menurut gue tingkat orang posting foto lebih rendah dengan orang yang buat Instastory setiap saat. Apalagi ditambah dengan adanya IGTV, gue gak pernah liat IGTV sih kecuali enggak sengaja kepencet.
 
Jadinya gue kurang bisa merasakan dampak IGTV, karena gue masih menjadi penikmat gratis kuota Youtube. Dengan adanya fitur Instastory, gue merasa waktu semakin terbuang sia-sia melihat kehidupan orang-orang. Sebelumnya juga udah sia-sia makin aja gak guna kan hidup gue. Masalahnya suka tiba-tiba aja kepencet aja tuh Instastory padahal kalo udah dilihat enggak ada yang ngaruh juga untuk kehidupan gue. Hal ini yang membuat gue merasa berada di masa kegelapan menggunakan Instagram.

Dalam dunia instagram, gue pernah denger ada kalimat "lo update, maka lo ada." Gitu sih katanya, gatau dapet kalimat itu darimana, pokoknya enggak asing aja tuh kalimat. Sampai pada waktunya gue mengalami kejadian yang mencerminkan kalimat tersebut.
 
Pada suatu hari gue dateng ke acara teman. Kayaknya hampir setiap orang update bahwa lagi di acara tersebut pada Instastory, kecuali gue kali ya. Beberapa hari setelah acara itu, ada seorang teman yang chat gue via whatsapp dan bertanya,
"Mer, lu ga datang ke acara kemarin ya?"
"Datang kok, kenapa?
"Oh, kirain gue gak dateng. Soalnya gak keliatan di updateannya dan lu juga gak update yaaa"
"Lagi males update aja, udah lama gak main Instagram"


Kejadian ini mengingatkan gue kepada "lo update, maka lo ada". Ya contohnya kaya tweet di atas lah, menjawab semuanya karena mungkin banyak cerita orang-orang yang berbeda-beda karena gak update di media sosial. Gue enggak update emang karena gue males update, bukan berarti gue enggak datang. Rasanya media sosial menjadi ajang absensi dalam sebuah acara. 
 
Akhir dari cerita ini sebenarnya tidak ada intinya, sepanjang tahun 2018 ini gue beberapa kali tutup akun Instagram, tetapi gue aktifkan lagi karena ada beberapa pekerjaan yang menuntut gue memiliki akun Instagram yang aktif.
 
Tulisan ini sudah tayang di Senjaksara
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus