Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masjid Hagia Sophia akan direstorasi besar-besaran, termasuk pembongkaran kubahnya. Restorasi tersebut bertujuan untuk menjaga integritas sejarah dan struktural bangunan ikonik di dunia tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Restorasi Hagia Sophia dilakukan dalam beberapa tahap, diawasi oleh Direktorat Jenderal Yayasan di bawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Sebelumnya restorasi dilakukan di Makam Mehmet III, Selim II dan Murad III serta Muvakkithane Sübyan Mektebi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fokus restorasi saat ini adalah pada bagian kubah, yang memiliki interior mosaik rumit dan rentan terhadap kondisi lingkungan. Ahmet Gulec, anggota komite ilmiah proyek restorasi mengatakan, kerusakan penutup timah dan material semen membuat restorasi perlu dilakukan.
“Bagian bawah kubah ditutupi mosaik, membuat intervensi struktural dari bawah hampir tidak mungkin dilakukan," ujar Ahmet, seperti dikutip dari Hurriyet Daily News.
Restorasi pada kubah akan fokus pada eksterior, dimulai dengan menghilangkan lapisan timah dan material berbahan dasar semen yang lama kelamaan menyebabkan kerusakan. Selama studi pendahuluan, tim sudah menemukan ketidakteraturan struktural pada penutup timah kubah.
Konstruksi era Ottoman
Ahmet Gulec menambahkan bahwa proses restorasi penuh kehati-hatian untuk melestarikan keaslian sejarah kubah tersebut. “Kami akan menggunakan bahan dan teknik yang konsisten dengan konstruksi era Ottoman untuk memastikan kubah tersebut stabil dan sesuai dengan karakter aslinya," ujarnya.
Perbaikan kubah diperkirakan akan dimulai pada Maret atau April, setelah desain proyek disetujui oleh Komite Ilmiah. Selain itu, untuk memudahkan pekerjaan sepanjang tahun dan melindungi dari cuaca buruk, akan didirikan struktur atap sementara di atas kubah.
Program pemugaran juga mencakup perbaikan fasad utara dan timur yang ditemukan mengalami kerusakan. Perancah yang terbuat dari pipa baja dan penutup jaring pengaman telah dipasang, dan plester berbahan dasar semen non-asli diganti dengan bahan tradisional Ottoman.
Sementara itu, Menara Beyazid II, yang sebagian dibongkar karena kelemahan struktural, diperkuat dengan menggunakan tensioner modern yang terintegrasi pada tubuhnya. Menara lainnya, seperti Menara Selim II, akan menjalani instalasi pendukung eksternal untuk meningkatkan ketahanan gempa.
Sejarah Hagia Sophia
Meskipun ada pekerjaan restorasi dan cukup rumit, pemerintah setempat berencana untuk menjaga Hagia Sophia tetap dapat diakses oleh pengunjung dan jamaah Muslim. Seperti dilansir dari Greek Reporter, Hagia Sophia berarti Kebjiksanaan Suci dalam bahasa Yunani. Awalnya dibangun sebagai gereja pada abad ke-6 pada masa Kekaisaran Bizantium Justinian I.
Selama hampir 900 tahun, bangunan ini berdiri sebagai katedral paling penting dalam Kekristenan Ortodoks Timur dan merupakan pencapaian puncak dari Arsitektur Bizantium. Kubahnya yang megah dan mosaiknya yang rumit melambangkan kekayaan seni dan teknik dunia Bizantium yang berbahasa Yunani.
Setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel pada tahun 1453, Hagia Sophia diubah menjadi masjid. Mosaik Kristen ditutupi dan menara serta elemen Islam ditambahkan, menandai babak baru dalam sejarah panjang bangunan tersebut. Kemudian pada tahun 1935, ini diubah menjadi museum di bawah Republik Turki. Pada tahun 2020, statusnya kembali seperti semula sebagai masjid, namun tetap terbuka untuk pengunjung dari seluruh dunia.