Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Rezeki di ujung tahun

S. bagio, rezekinya di malam tahun baru 1980. dikontrak hotel presiden kartika chandra dan klub malam mirasa sarinah.

12 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENAM penari jelita dari Paris meliuk-liukkan tubuh dengan sorot mata yang tajam. Dengan gaya merangsang, Rose Mary, seorang vokalis cantik dari kelompok French Can Can mengalunkan lagu, menghangatkan malam tutup tahun 1979 yang dingin. Maka lagu Auld Lang Syne yang tenar itu pun memenuhi ruangan bagai memanggil-manggil tahun 1980. Itu terjadi di Flores Ballroom Hotel Borobudur, Jakarta. Untuk lebih menyemarakkan suasana ruang pertunjukan hotel ini telah disulap dengan dekorasi dan tatawarna yang mengingatkan pengunjung akan Kota Paris, lengkap dengan Menara Eifel. Ruang Ballroom hotel itu memang sesak pengunjung. Bermalam tahun baru di hotel-hotel mewah maupun klub malam makin menjadi kebiasaan warga kota-kota besar terutama di Jakarta. Pengunjung juga tak kurang melimpahnya, meskipun beberapa minggu sebelumnya Menhankam M. Jusuf mengulangi lagi adanya larangan bagi warga ABRI memasuki ruang pertunjukan serupa itu. Sementara itu pertunjukan di ujung tahun seperti ini telah menjadi bisnis yang cukup menggiurkan bagi kalangan pemilik hotel maupun klub malam. Coba saja, untuk menyuguhkan tari-tarian dan nyanyian dari Prancis itu Hotel Borobudur mengedarkan kartu undangan berharga Rp 60.000 tiap lembar. Lebih tinggi dari itu adalah karcis malam tahun baru di Jakarta Hilton Hotel Internasional. Seperti penutup tahun 1978 lalu, hotel ini kembali menyuguhkan 3 penyanyi negro dari Amerika Serikat, The Sopbisticates. Tiap lembar karcis dihargai Rp 65.000, "termasuk pelayanan, pajak dan hidangan makan minum." Sebanyak 700 undangan habis dibabat peminat, sehingga Golden Ballroom yang hanya mampu menampung 500 kursi harus melebarkan sayap ke Executive Club hotel itu. Untuk pertama kalinya Hotel Kartika Chandra juga mengadakan acara malam tutup tahun. Hotel ini menyuguhkan penyanyi Emilia Contessa dengan lawakan Bagio dkk. Dengan harga Rp 48.000 untuk tiap lembar karcis, sebanyak 200 kursi diborong habis pengunjung. Sama dengan Jakarta Hilton, Hotel Sahid Jaya juga membagi-bagikan karcis dengan harga Rp 65.000 tiap lembar. Suguhannya adalah artis-artis dari Filipina. Emilia Contessa Rezeki tahun baru tak hanya memadati kantong pemilik-pemilik tempat hiburan. Juga para artis. Acara semalam suntuk di Hotel Kartika Chandra memadati dompet penyanyi Emilia Contessa dengan uang Rp 1,5 juta. Bob Tutupoly walaupun hanya bertindak sebagai pembawa acara (MC) di Jakarta Hilton mengantongi Rp 2 juta -- hampir sama dengan yang diterima Kris Biantoro yang juga jadi pembawa acara di Hotel Sahid Jaya. Yang paling sibuk adalah rombongan pelawak Bagio. Sejak beberapa bulan sebelumnya grup ini telah dikontrak oleh Hotel Presiden, Kartika Chandra dan Klub Malam Mirasa Sarinah. Sekaligus dalam satu malam. Pertunjukan pertama pukul 21.00 hingga 23.00 di Hotel Psiden, lalu lari ke Kartika Chandra dari jam 23.00 sampai 01.00. Terakhir di Mirasa hingga jam 03.00. Bagio tak mau menyebut berapa honor grupnya untuk iga pertunjukan itu. "Pokoknya 200% lebih mahal dari tarif biasa," ujarnya sambil menambahkan "Itu rahasia perusahaan." Tapi Bagio mengeluh juga. Katanya, ketika pertama kali ia dihubungi penyelenggara malam hiburan tutup tahun itu, disebutkan acara yang akan diadakan tak akan mendatangkan untung besar. Hanya sekedar menyenangkan para relasi dan karena itu karcis dijual murah. "Eh, taunya karcis dijual sampai Rp 50.000," kata Bagio sambil tertawa kecil. Dalam lawakan malam itu, soal harga karcis itu mereka sindirkan. Tarian Telanjang Semua itu berlangsung di tempat-tempat mewah dan khusus bagi kaum mampu. Warga ibukota yang tak mampu cukup merayakan malam tahun baru di rumah. Pusat keramaian seperti tahun-tahun sebelumnya di Monas dan Jalan Thamrin, sekali ini agak sepi. Mungkin karena beberapa saat sebelum tengah malam hujan mengguyur cukup deras. Akibatnya para penjual trompet kertas tak sedikit yang harus membawa pulang lagi dagangannya, tak laku. Warga Kota Bandung juga merayakan malam tahun baru dengan cara masing-masing. Mulai di jalan raya sampai hotel-hotel, klub malam, restoran dan tempat-tempat disko. Acaranya pun berbeda-beda kebut-kebutan, melantai ataupun menyaksikan tarian telanjang dan tari ular. Tiket dijual mulai Rp 5.000 sampai Rp 25.000. Artis-artis setempat tentu kebagian rezeki pula. Pesinden laris, terutama di beberapa kantor pemerintahan yang turut merayakan malam itu dengan cara sederhana. Tapi tak ketinggalan pula R. Kusumayatna Samba Kurnia Kusumadinata (silakan bernafas dulu) alias Kang Ibing -- yang kalau di TVRI Bandung dikenal dengan nama Si Kabayan. Sehari-hari ia dikenal sebagai pembawa acara (MC) yang selalu diselingi lelucon. Ia mengakui menjelang malam tutup tahun ia mendapat banyak tawaran untuk melawak maupun menjadi MC. Tapi ia hanya menerima tawaran untuk membawa acara hiburan di Sariater, sebuah tempat mandi air panas di Ciater, Subang. Bersama pasangannya, Kusman, untuk « jam membawa acara pertunjukan Kang Ibing mendapat honor Rp 500.000. Ini merupakan tarif khusus, sebab biasanya ia hanya memasang harga Rp 50.000 sampai Rp 10000. Bahkan, menurut pengakuannya, terkadang ia tak mau dibayar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus