Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tabanan - Sekitar 2.000 ekor kera menjadi daya tarik tersendiri di obyek wisata Alas Kedaton, Desa Kukuh, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, Bali. Ribuan kera itu jinak dan bisa berinteraksi dengan pengunjung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Rumah Adat, Tujuan Alternatif Wisata Di Bali
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Binatang jenis primata itu hidup jinak di alam bebas, sehingga memiliki daya pikat tersendiri dalam menarik kunjungan pelancong," ucap Sekretaris Desa Adat Kukuh I Gusti Ngurah Pujayasa, Senin, 22 Januari 2018.
Ia mengatakan obyek wisata Alas Kedaton dikelola Desa Adat Kukuh. Dan bertepatan dengan acara tumpek kandang, yang jatuh pada Sabtu, 20 Januari 2018, digelar ritual khusus untuk menghormati binatang piaraan, termasuk kera.
Kegiatan ritual itu dilengkapi dengan puluhan gebogan, yakni rangkaian janur kombinasi kue dan aneka jenis buah-buahan. Gebogan dalam berbagai bentuk dan ukuran itu sempat diarak warga mengitari pura yang ada di tengah hutan (alas) Kedatong.
Gebogan setinggi 2 meter itu diperuntukkan bagi ribuan ekor kera penghuni Alas Kedaton. Komunitas primata itu lalu berebut berbagai jenis buah-buahan. Pemandangan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
I Gusti Ngurah Pujayasa menjelaskan, kegiatan ritual tumpek landep bagi kera di Alas Kedaton digelar secara berkesinambungan setiap 210 hari sekali. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur warga Desa Kukuh atas karunia yang diberikan.
Upacara dilakukan juga sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada ribuan ekor kera penghuni Alas Kedaton.
Pascal Perrotey, wisatawan asal Prancis, mengaku senang menyaksikan ribuan ekor kera berebut aneka jenis buah-buah seusai kegiatan ritual di Alas Kedaton.
"Hal itu sangat unik dan luar biasa, bahkan masyarakat bisa menyatu dan akrab dengan binatang kera yang jinak itu. Baru kali ini saya melihat hubungan manusia dengan binatang begitu erat," ujar Pascal Perrotey.
ANTARA