Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lima belas tahun terjun di dunia penulisan, Andrea Hirata kembali merilis novel terbarunya, Orang Orang Biasa. Kisah tentang sekelompok orang yang memutuskan memalukan pencurian bank agar bisa membantu membiayai seorang anak gadis yang ingin masuk perguruan tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Andrea kembali memotret kisah kehidupan dari kaum papa, kaum marjinal di sebuah kota kecil. Ia menyebut Kota Belantik, yang menjadi latar tempat novel ini sebagai kota yang penduduknya damai dengan kemiskinan. "Saya tidak bisa keluar dari kehidupan orang marjinal. orang-orang yang tak bisa menyuarakan suaranya, orang-orang dengan cita-cita tak tercapai, karena that's my life," tutur Andrea saat meluncurkan novelnya tersebut, Kamis 28 Maret 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Andrea menuturkan, dalam 15 tahun ia serius berkarier sebagai penulis, dirinya kerap punya banyak ide cerita. Namun, secara garis besar tema tentang orang kampung, hal sederhana, kaum papa akan senantiasa mewarnai karyanya. "Meski saya punya beberapa judul, tapi saya akan tetap menulis seperti ini," ungkap Andrea.
Baca: 5 WNI Terima Trofi Alumni dari Prancis, Ada Andrea Hirata
Menurutnya, sebuah kisah jelas mendefinisikan penulisnya. Dan kisah-kisah yang ia tulis tak akan jauh dari kehidupan masyarakat yang sederhana, dengan segala keterbatasannya. Namun punya cara menjalani hidup, punya cara mencapai keinginannya. Tak jarang menurutnya, orang-orang seperti ini kerap memendam mimpi-mimpi besar mereka sendiri.
Memotret kehidupan kaum marginal dalam novel, tak membuat dirinya larut untuk menyuguhkan kesedihan atau kisah mengundang belas kasih. Di novel ini, menurutnya ada kisah tentang bagaimana masyarakat kota kecil, yang miskin mencoba melawan ketidakadilan dengan cara mereka. "Saya enggak mau menceritakan orang yang susah, yang pahit, memaki-maki, yang putus asa. Mari baca cara orang biasa menyuarakan ketidakadilan yang mereka rasakan," tutur Andrea.
Lewat tokoh-tokoh Orang-Orang Biasa, Andrea Hirata menghadiran sebuah permasalahan yang sesungguhnya nyata ada dalam balutan fiksi. Seorang anak dari keluarga miskin terhambat bisa menikmati perkuliahan di fakultas kedokteran lantaran tak punya biaya. Kisah klise ini masih sering bisa didengar di luar sana. Padahal menurut Andrea untuk bisa meraih cita-cita, seseorang seharusnya dilihat dari kecerdasannya. BUkan mampu atau tidak secara ekonomi.