Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tiktoker Vietnam didenda sebesar USD300 atau sekitar Rp4,6 juta setelah mengunggah video yang menyatakan bahwa Angkor Wat berada di Thailand. Angkor Wat adalah kompleks kuil kuno di Kamboja yang mendapat status situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1992. Kompleks kuil ini menjadi destinasi paling populer di negara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan media berbahasa Vietnam Lao Dong, pria tersebut bernama Hua Quoc Anh, seorang penata rias dan pembuat konten Vietnam. Dia mengunggah di TikTok dari pemotretannya di Angkor Wat di Siem Reap, kota terbesar kedua di Kamboja. Video tersebut, dengan gambar bendera dan keluarga kerajaan Thailand, diunggah pada 4 November, menurut Lao Dong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ungkapan "Halo, Thailand" juga terdengar di video tersebut, menurut laporan. Video tersebut telah dihapus, kata laporan itu.
Pada Rabu, pemerintah Vietnam mendakwa Quoc Anh karena memberikan "informasi palsu" dan "menghina reputasi organisasi, kehormatan dan martabat individu," menurut Lao Dong. Dia didenda 7,5 juta dong Vietnam, atau $300, sesuai pernyataan.
Pemerintah Vietnam mengatakan Quoc Anh diwajibkan untuk mematuhi peraturan hukum yang relevan saat menggunakan Internet dan harus menggunakannya dengan cara yang bertanggung jawab, beradab, progresif, menurut Lao Dong.
Quoc Anh, yang memiliki lebih dari 250.000 pengikut di Facebook dan lebih dari 700.000 pengikut di TikTok, sering membagikan postingan perjalanan dan pemotretannya ke luar negeri.
“Saat ini, Quoc Anh hatinya terlalu emosi, yang tidak dapat dijelaskan dalam beberapa baris teks,” tulis Quoc Anh dalam bahasa Vietnam di postingan Facebook pada Rabu. Dia menambahkan bahwa dia “aman” setelah bertemu dengan pihak berwenang. Dalam postingan yang sama, ia menyertakan foto dirinya di luar Departemen Informasi dan Komunikasi Vietnam di ibu kota Ho Chi Minh City.
Phil Robertson, wakil direktur Asia untuk Human Rights Watch, mengatakan kepada kantor berita Jepang Nikkei bahwa insiden tersebut konyol. “Tidak ada yang benar-benar percaya bahwa Siem Reap adalah milik Thailand,” kata Robertson. “Jadi langkah yang tepat adalah menertawakan ketidaktahuan influencer sosial ini daripada menggunakan hukuman pidana,” tambahnya.
Otoritas penyiaran menyebutkan bahwa vide tersebut sengaja memalsukan informasi untuk dijadikan clickbait sehingga mendapat banyak keberatan dari komunitas online. Dia harus belajar dari insiden tersebut, yang dianggap tidak menghormati budaya dan kedaulatan nasional negara-negara tetangga, kata departemen informasi Kota Ho Chi Minh, yang menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, di situs webnya pada Kamis, 4 Januari 2024.
BUSINESS INSIDER | NIKKEI
Pilihan Editor: Rekomendasi 7 Destinasi Wisata Favorit Kamboja Selain Angkor Wat