Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan masa kini gemar tinggal di homestay dan menyatu dengan penduduk lokal. Ketua Tim Percepatan Pembangunan Homestay Kementerian Pariwisata, Anneke Prasyanti, mengatakan tren itu terjadi lantaran wisatawan saat ini lebih menyukai interaksi langsung dengan masyarakat setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Homestay desa wisata berkonsep low cost tourism dan pembangunan arsitekturnya yang bergaya Nusantara menjadi daya tarik bagi wisatawan,” ujar Anneke dalam siaran pers yang diterima Tempo pada Minggu, 27 Mei 2018. Tren ini membuat Kementerian Pariwisata bergegas menghidupkan kembali suasana kearifan lokal melalui pengembangan homestay.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Upaya pengembangan homestay pun diwujudkan dalam program pembangunan 10 ribu unit kamar di desa wisata hingga 2019. Untuk melancarkan program ini, Kemenpar menggandeng Bank Tabungan Negara (BTN).
Kemenpar dan BTN merencanakan sebuah program bernama Renovasi Arsitektur Nusantara dengan kredit kemitraan badan usaha milik negara (BUMN). Program ini menjadi salah satu bagian dari upaya percepatan pengembangan desa wisata.Homestay sederhana di Pulau Rufas. TEMPO/Nur Alfiyah
Nantinya, masyarakat yang akan membangun homestay bakal mendapatkan kredit dari program kemitraan BUMN. Caranya ialah mengajukan permohonan kredit melalui kantor cabang BTN di daerahnya.
"Pembiayaan renovasi homestay dilakukan dengan penyaluran kredit bunga rendah," tuturnya, menjelaskan.
Program pengembangan homestay sudah berlangsung di Desa Wisata Kemiren, Banyuwangi. Sebanyak 12 pemilik homestay sudah berhasil mengajukan permohonan renovasi dengan dana sebesar RP 399 juta.
Desa lain, yang juga telah mengembangkan homestay, ialah Desa Dieng Kulon Banjarnegara (26 unit homestay), Desa Tabanan Bali (10 unit homestay), dan Desa Samiran Boyolali (5 unit homestay).
Saat ini, Tim Percepatan Pembangunan Homestay mencatat ada 1.504 kamar homestay di seluruh Indonesia. Jumlah itu terdiri atas 1.315 kamar hasil program konversi, 178 kamar hasil dari program renovasi, dan 11 kamar hasil program bangunan baru.