Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, dikabarkan diminta mundur oleh pihak yang disebut sebagai kurir cokelat, sebelum ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Permintaan itu disebut terjadi beberapa hari setelah PDIP secara resmi memecat Joko Widodo dan keluarganya dari keanggotaan partai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan laporan majalah Tempo berjudul Bukti Apa yang Dipegang Hasto Kristiyanto Membongkar Korupsi Jokowi, setelah Jokowi dicepat dari keanggotaan partai pada Awal Desember 2024, sejumlah gangguan mulai muncul di internal PDIP, termasuk yang dialami oleh Hasto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Jumat malam, 13 Desember 2024, Hasto disebut dihubungi oleh seorang petinggi kepolisian atau yang disebut kurir cokelat alias kurcok. Polisi tersebut membawa tiga pesan dari Jokowi.
Pertama, polisi tersebut meminta PDIP untuk tidak memecat Jokowi dan keluarganya dari keanggotaan partai. Sebab diketahui, pada 4 Desember 2024, Hasto menyampaikan bahwa PDIP akan memecat 27 kader atas perintah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, termasuk Jokowi dan keluarga.
"Saya tegaskan kembali Bapak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI Perjuangan," kata Hasto dalam konferensi pers di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Rabu, 4 Desember 2024.
Kedua, Hasto diminta mundur dari posisi sebagai sekretaris jenderal dalam waktu 1 x 24 jam. Sejumlah orang dekat Jokowi pernah bercerita kepada Tempo bahwa mantan Gubernur Jakarta itu tak sreg dengan Hasto karena ia kerap menyerang Jokowi dan keluarganya. Kemudian dalam pesan yang ketiga, polisi itu menyampaikan bahwa Hasto diminta tidak mengungkit masalah pribadi keluarga Jokowi.
Ketua PDIP Bidang Reformasi Sistem Hukum Nasional Ronny Talapessy membenarkan isi pesan dari utusan Jokowi tersebut. “Mas Hasto diminta mundur dari jabatannya, kecuali pemecatan Jokowi dan anggota keluarganya dibatalkan,” ujar Ronny kepada Tempo di Jakarta Pusat, Selasa, 31 Desember 2024.
Menanggapi kabar adanya petinggi Polri yang menemui Hasto sebelum ditetapkan sebagai tersangka, Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo enggan berkomentar panjang. “Bisa ditanyakan langsung kepada beliau-beliau. Mereka adalah teman dan sahabat saya,” tutur Listyo lewat pesan WhatsApp pada Jumat, 3 Januari 2025.
Sedangkan Jokowi menyangkal jika disebut mengirim utusan untuk meminta PDIP membatalkan pemecatannya. Ia juga membantah tudingan berada di balik penetapan Hasto sebagai tersangka. “Mana saya pernah mengurus hal-hal begitu?” ucap Jokowi di rumahnya di Solo, Jawa Tengah, Jumat, 3 Januari 2025.
Hasto Bongkar Kebobrokan Jokowi
Peringatan dari petinggi kepolisian itu nampaknya datang bersamaan dengan sebuah pesan penting. Tiga petinggi PDIP mengungkapkan, polisi itu mengingatkan bahwa kasus hukum yang melibatkan Hasto di Komisi Pemberantasan Korupsi akan segera ditindaklanjuti.
Hingga kemudian, dua hari setelah mendapat pesan-pesan tersebut, Hasto segera membuat lima video di sebuah kamar hotel di Denpasar pada 15 Desember 2024. Dalam salah satu videonya, ia mengklaim mendapat ancaman hukum.
Dengan menggunakan telepon seluler milik Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Yoseph Aryo Adhi Dharmo, Hasto juga membuat video yang membongkar perilaku Jokowi selama 10 tahun berkuasa. Misalnya soal perintah Jokowi kepada seorang petinggi lembaga negara untuk menetapkan mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, sebagai tersangka dalam kasus Formula E pada 2022.
Selanjutnya, delapan hari setelah pengumuman pemecatan Jokowi atau pada Selasa, 24 Desember 2024, KPK menetapkan Hasto sebagai tersangka suap Harun Masiku kepada mantan anggota Komisi Pemilihan Umum, Wahyu Setiawan, pada Januari 2020. Hasto diduga turut terlibat dalam pemberian suap tersebut.
Teranyar, Hasto membantah bahwa video-video tersebut merupakan bentuk serangan kepada Jokowi “Video itu untuk menunjukkan apa yang terjadi selama beberapa tahun ke belakang supaya kita bisa belajar,” katanya saat ditemui Tempo di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Januari 2025.
Francisca Christy Rosana, Hussein Abri Dongoran, Egi Adyatama, dan Septia Ryanthie (Solo) berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Baca Selengkapnya:Bukti Apa yang Dipegang Hasto Kristiyanto Membongkar Korupsi Jokowi