Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Dibunuh Sang Janda ?

Nyonya am, 40, melapor ke komres badung, ia telah membunuh suaminya karena tak sanggup melayani kesadisan sexnya. dua sumber cerita yang lainnya dijadikan motif penyelidikan pembunuh ini. (krim)

30 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG nyonya paro baya datang bergegas ke kantor Komres 1501 Badung. Kaki dan tangannya bengkak. Sang nyonya yang bernama AM dan mengaku berumur 40 tahun cepat-cepat mengatakan kepada Polisi yang bertugas "saya menyerahkan diri. Saya membunuh suami saya". Polisi kaget, sang nyonya segera ditenangkan. Dan diamankan. Setelah agak tenang, sang nyonya yang nampak memang cantik diminta bercerita secara lengkap di hadapan Kabag Reserse Komres Badung, Kapten Pol drs Suyono. "Saya nekad membunuh suami saya karena tidak tahan lagi melayani kesadisan sexnya di tempat tidur. Keterlaluan sekali", ujar sang nyonya. Malam itu -- Kamis 9 September -- suaminya S mempergunakan "obat kuat". AM kewalahan dan menolak permintaan suaminya dilanjutkan, karena menurut AM, bukan lagi permainan normal sebagai suami isteri. Dengan meronta dan mengumpat, sang nyonya berhasil menghentikan kehendak suaminya, tapi S marah dan jengkel. Dan Meninggal S menuduh AM sebagai perempuan yang tak bisa membahagiakan suaminya sendiri dan berbuat serong. S merasa dihina, hingga di malam buta dalam rumah yang hanya berisi 2 manusia itu berlangsung perkelahian sungguh-sungguh, mempertaruhkan nyawa. "S nampak benar-benar garang, dan saya jadi kalap. Ketika saya sempat memeluk lehernya, S saya banting. Kepalanya membentur pinggiran ranjang. Dan meninggal". AM berhenti bercerita. Polisi segera mengadakan pemeriksaan di tempat kejadian, sebuah rumah di komplek kota baru Sanglah. Mayat S segera diangkut ke RSUP Sanglah untuk diteliti. Besoknya AM kelahiran Bondowoso (Jatim) ini bercerita lagi, kali ini di hadapan polisi dan wartawan. "Belakangan ini hubungan kami tidak secerah dulu, ketika kawin tahun 1970. Suami saya lemah syahwat", tutur AM. Tentang penyakit suaminya itu, sudah sering dicarikan obat ke Surabaya, namun tidak berhasil. "Suami saya mulai impoten sejak mengawini seorang gadis dari Karangasem", tambahnya. AM menuturkan, betapa sakit hatinya, ia dimadu, padahal AM sendiri membiayai hidup dua penganten yang tidak muda ini. "Yah saya menyesal sekali sekarang. Saya mencintai S, saya bertobat", tiba-tiba AM menjadi sedih, tapi tanpa air mata sebagaimana seorang wanita bersedih. Di tengah-tengah penyelidikan yang seksama untuk mengetahui apa latar belakang AM sebenarnya membunuh S, sementara menunggu visum dokter, 15 September di Komres Badung datang 2 wanita. Seorang gadis bernama Ermin, 18 tahun datang dari Muncar. Seorang lagi wanita yang, menggendong bayi 8 bulan bernama Arsini, 22 tahun dari Klungkung. Keduanya tidak saling kenal, dan keduanya bertujuan sama, menanyakan kematian S. Ermin bercerita begini. Ketika ia berumur 12 tahun, keluarganya yang tenteram menjadi berantakan. Ini disebabkan ada tetangga, seorang janda yang menggoda ayah Ermin. Godaan janda ini menyebabkan ibu Ermin selalu mendapat tamparan sang ayah yang lagi kasmaran. "Ibu saya sakit hati, akhirnya minta cerai. Perceraian pun berlangsung segera di Muncar, dan ibu pulang ke Pasuruhan" tutur Ermin. Benar, ayah Ermin kawin dengan sang janda dan keduanya hidup sebagai suami isteri tanpa ada surat kawin dan pergi meninggalkan Muncar menuju Denpasar. Ermin ikut ibunya ke Pasuruhan. Ayah Ermin ini adalah S yang terbunuh dan janda itu adalah AM yang pembunuh. Ermin menutup kisahnya dengan kejadian terakhir. Pada 3 September, ayahnya, S, datang ke Pasuruhan, karena diminta Ermin. Ermin mau kawin dengan tunangannya Oei Ciaw Wie, 23 tahur Karena ada UU Perkawinan, sang ayah yakni S dan ibu yang di Pasuruhan harus tahu S bukan saja menyetujui, malah menjadi baik-baik dengan bekas isterinya yaitu ibunya Ermin. Tanggal perkawinan ditetapkan 10 Oktober mendatang. Di saat rencana bahagia ini, tiba-tiba muncul AM di Pasuruhan. AM jengkel dan sangat marah, tapi tak bisa berbuat apa-apa, lalu balik ke Denpasar. S tenang-tenang saja. Dan merasa urusan telah selesai, dan juga telah memberi uang persiapan perkawinan Ermin Rp 500.000. S pada 7 September balik ke Bali, karena tak bisa meninggalkan pekerjaannya lama di Perikanan Samudra Besar Benoa. Sang ibu muda bernama Arsani, wanita Bali, giliran bercerita. Ia adalah isteri syah S. Kawin 19 September 1974 dengan upacara adat Bali di rumah orang tua Arsini di Karangasem. Ia menyimpan rapi surat keterangan kawin yang dibuat Kepala Desa Padang Kertha Karangasem. "S jujur, mengakui punya anak gadis di Jawa dan kami menetal di Klungkung dengan bahagia. Di Denpasar tak ada rumah, S katanya tak kuat sewa rumah, sementara perusahaan tak memberikan rumah. Jadi tidak apa ia mondar-mandir Klungkung-Denpasar". kata Arsini. Tapi Arsini tidak tahu, kalau S sering bermalam di Denpasar karena punya simpanan, sementara ia menduga S kerja lembur. Barangkali Lembur Arsini membenarkan, awal September 1976 S minta ke Jawa, katanya mengawinkan anak gadisnya. Malah Arsini menyarankan agar S memberi uang pada anaknya yang kawin, sebagaimana lazimnya di Bali. S tiba di Klungkung dengan muka yang cerah pada 7 Septem- ber. "Semua urusan beres", kata S pad Arsini. S yang disebut Arsini sebagai lelaki normal dan suami penuh tanggung jawab, keesokan harinya berangkat kerja ke Denpasar. "Anak saya ini diciumnya, dan ia bilang kerja lembur sampai besoknya", tutur Arsini. Kamis 9 September S tidak kembali, Arsini tidak curiga. "Maklum pekerjaan lama ditinggalkan, barangkali lembur terus", begitu fikiran Arsini polos. Betapa terkejutnya ketika Arsini mendengar S mati terbunuh, oleh nyonya AM yang tidak dikenalnya. Cerita Ermin dan Arsini ini menjadi bahan buat polisi melakukan penelitian, apa motif AM membunuh S. Masih terbuka kemungkinan lain, apakah pembunuhan S itu direncanakan dan adakah orang lain lagi yang terlibat. Pembunuhan terjadi jam 1 tengah malam, menurut pengakuan AM dan pembunuh melapor keesokannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus