TIGA minggu telah lewat, tapi hilangnya tiga orang pengusaha di Medan masih tetap diliputi tanda tanya. "Kami belum memperoleh petunjuk yang bisa dijadikan modal pengusutan," kata sebuah sumber di kepolisian Medan kepada TEMPO pekan lalu. Satu-satunya petunjuk, katanya, adalah mobil Mercy bernomor BK 131 BL yang dinaiki ketiga pengusaha itu ditemukan di Jalan Tembakau Deli, Medan, tepat di depan dari rumah Rudy - salah satu pengusaha yang hilang itu. Mobil milik Rudy itu ditemukan dalam keadaan kosong dan semua pintunya terbuka. Rudy Parengkuan alias Hok Peng, 40, diketahui hilang pada 13 Februari lalu. Hari itu ia bersama Hendradi Kumala alias Atok, Direktur PT Duta Nitsuko Utama, naik pesawat dari Jakarta. Turun di bandar udara Polonia, mereka dijemput Abun alias Buntoro - teman Rudy - dan istri, langsung menuju rumah Rudy di Jalan Tembakau Deli. Dari rumah itu, ketiga pengusaha tadi pergi lagi - entah kemana. "Sejak itu suamiku dan temannya tak pulang," tutur Nyonya Abun dalam pengaduannya kepada polisi esok harinya. Berbagai spekulasi pun muncul. Meski ia dikenal sebagai pengusaha, bahkan disebut sebagai "raja kayu", tak banyak yang tahu apa sebenarnya usaha pria tampan yang selalu perlente itu. "Yang saya tahu, dia sering mondar-mandir Medan-Jakarta-Balikpapan, juga ke Singapura dan Hong Kong," kata sebuah sumber yang layak dipercaya. Rudy, kabarnya, menantu seorang pemilik HPH di Kalimantan dan konon suka bertindak sebagal leveranslr bagi beberapa pengusaha HPH di pulau itu. Dan inilah barangkali yang membuatnya disebut "raja kayu". Tapi, sumber TEMPO yang lain menyebut Rudy sebagai godfather di dunia hitam khususnya dunia perjudian. Dan anggapan ini dibenarkan sementara tokoh "preman" di Medan. Bila tampil di muka umum, ketua organisasi beladiri taekwondo Sumatera Utara itu selalu meyakinkan. "Ia gemar memakai cincin, gelang, kalung, dan ikat pinggang gemerlapan yang dihiasi berlian," kata sumber itu. Lagaknya pun seperti penguasa atau bos. Tak jarang ia sesumbar, bisa mengusulkan agar pejabat di Medan yang tak disenanginya dimutasikan ke daerah lain, karena hubungannya yang dekat dengan seorang perwira tinggi polisi. Karena penampilannya itu, ditambah lagi sosoknya sebagai samseng (gali) kian tampak, menurut sumber TEMPO, ada sementara pihak - entah siapa - yang berniat menyingkirkannya. Lalu, mengapa Atok dan Abun ikut hilang? "Bisa jadi karena keduanya disangka konco dekat Rudy," tutur sumber itu lagi. Abun, yang kabarnya juga sering menjadi bandar judi, memang kawan dekat Rudy. Tapi Atok, menurut sumber TEMPO yang lain baru mengenal Rudy sekitar 10 hari sebelum mereka hilang. Perkenalan terjadi di sebuah klub malam di Jakarta. Atok, berumur 30-an, adalah adik bungsu Suhendi Kumala, bekas Komisaris Utama Bank Agung Asia dan salah satu pimpinan perusahaan Grup Kumala. PT Duta itsuko Utama, yang dipimpin Atok, adalah anak perusahaan Grup Kumala yang antara lain menyalurkan peralatan elektronik merk Nitsuko, Jepang. Dalam pertemuan itu, Rudy dikabarkan berhasil membujuk Atok mengembangkan usahanya di Sumatera Utara. Proyek yang ditawarkan adalah membangun semacam taman hiburan di Pantai Cermin, sekitar 52 km dari Medan. Tapi sumber di Jakarta menyatakan bahwa yang ditawarkan kepada Atok ialah proyek pembangunan perumahan dan kantor polisi. Atok, yang di Jakarta juga sudah berhasil mengerjakan proyek perumahan, antara lain di Kunciran (Tangerang), Pondok Cabe, dan Bekasi, kontan tertarik. Maka, ada yang menduga, Rudy sebenarnya tidak hilang, melainkan sengaja menghilang karena menculik Atok. Denan harapan, tentunya, ia bisa mendapat tebusan dari kakak Atok, seorang bekas bankir. Atok sendiri belum berkeluarga. Kemungkinan ini diragukan. "Kalau Rudy mer ghendaki keuntungan, 'kan lebih baik ia meneruskan rencananya dengan Atok. Buat apa menculik?" kata sebuah sumber. Sampai pekan lalu, tak ada, atau belum ada, yang mencoba menghubungi keluarga Atok untuk memeras atau mendapat tebusan. Tetapi, justru karena tak ada kabar sama sekali tentang Atok itulah, keluaranya menjadi bingung. Apalagi karena Atok merupakan andalan dalam perusahaannya. "Beberapa pekerjaan terpaksa tertunda, karena tak ada yang menandatangani surat atau kontrak," kata seorang karyawan PT Duta Nitsuko Utama yang beralamat di Jalan Lautze, Jakarta Pusat. Dan untuk menanggulangi kemacetan itu, kini kakak kembar Atok, Aryadi Kumala, mengambil alih tugas adiknya. Sebaliknya, kalangan pengusaha WNI keturunan Cina di Medan merasa senang kehilangan Rudy. "Sekarang kami merasa aman dalam berusaha," kata seorang pengusaha di kota itu. Rupanya, Rudy sering "mengganggu" selama ini. Masa lampau pria berkuping lebar - yang karenanya dijuluki si Kuping Gajah - itu memang tak begitu baik. Ia berasal dari keluarga miskin dan kabarnya SD pun ia tak tamat. Pada masa remaja, menurut orang yang pernah mengenalnya, Rudy sudah nakal dan dikenal sebagai preman kere - gali yang miskin. Ia lalu mengembara ke berbagai kota, antara lain ke Jakarta dan Surabaya, sebelum akhirnya mempersunting anak gadis seorang pengusaha HPH. Meski sudah menjadi menantu pengusaha kaya, rupanya ia sulit meninggalkan dunianya yang lama, sampai akhirnya ia "hilang".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini