Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Satu di antara tersangka dalam sindikat perdagangan orang yang jual ginjal ke rumah sakit di Kamboja adalah Hanim. Dia menceritakan awal mula menjadi koordinator jual beli organ di Indonesia karena pernah menjalani menjual ginjal miliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Awalnya 2018 karena faktor ekonomi. Orang tua saya tudak punya rumah kemudian usaha saya mentok juga,” kata Hanim di Polda Metro Jaya, Jumat, 21 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tekanan ekonomi itu membuat dia berinisiatif untuk mencari-cari grup donor ginjal di media sosial. Awalnya Hanim hanya melihat dan memantau setiap postingan yang ada. Dari sana dia mengetahui adanya kebutuhan donor ginjal disertai persyaratannya. Misal golongan darah tertentu.
“Setelah itu saya kirim pesan ke akun yang mempostingnya,” ucapnya. Pesan direspons dan diberikan kepadanya persyaratan lebih rinci. Hanim tidak menjelaskan secara detail apa saja persyaratan selebihnya itu.
Singkat cerita pemilik akun menyetujui dan meminta Hanim ke rumah kontrakan di Bojonggede, Bogor. “Brokernya itu di sana,” tuturnya.
Tapi, saat itu diakunya rencana jual ginjal tidak berjalan mulus. Sebabnya, rumah sakit di Jakarta yang akan melakukan prosedur operasi donor ginjal itu meminta persyaratan yang lebih banyak, antara lain persetujuan dari keluarga. “Saya gagal donor di Indonesia karena istri saya kurang setuju, tidak mau."
Bordalih Ikut Kerja Proyek Kepada Istri
Hanim mengaku mengelabui istrinya dengan mengaku akan kerja di proyek. Padahal dia tinggal di rumah kontrakan tersebut selama satu tahun untuk menunggu kesempatan yang lain. Baru sekitar Juli 2019 dia berangkat ke Kamboja bersama anggota sindikat.
Dia berangkat ke Kamboja bertiga. Seorang yang lain adalah calon penjual ginjal, sama seperti dirinya. Sesampainya di Kamboja, Hanim dan 2 orang itu dijemput sopir Tuktuk dibawa ke sebuah penginapan. Hanim tidak menjelaskan secara detail di mana lokasi penginapan itu.
Bertemu Miss Huang
Hanim menjelaskan, saat di penginapan mereka dipertemukan dengan Miss Huang. “Entah apakah dia orang Cina atau Indonesia, tapi dia yang mengatur di sana,” ucapnya.
Proses selanjutnya adalah penapisan kesehatan. Lolos, Hanim memperoleh pasien dari Indonesia dan kawan seperjalanannya, seorang perempuan, akan menjual ginjalnya kepada pasien Singapura. Operasi dilakukan keesokan harinya.
“Setelah masa penyembuhan 10 hari, saya kembali ke Indonesia,” ucapnya sambil menambahkan saat itu membawa pulang uang Rp 120 juta ganti ginjal yang hilang.