Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Kapolri Ingin Santri Jadi Polisi, Pengasuh Ponpes Beberkan Kekhawatirannya

Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahimna di Cirebon optimistis santri dapat memperkuat nasionalisme dalam Polri. Namun, ada sejumlah catatan

10 Februari 2025 | 08.22 WIB

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Perbesar
Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina Cirebon, Marzuki Wahid, menyambut baik pernyataan Kapolri Jenderal Listyo Sigit yang memprioritaskan santri menjadi anggota polisi. Menurut Sigit, para santri akan menjadi anggota polisi yang lebih kokoh dalam menahan godaan saat bertugas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Marzuki menilai pernyataan Kapolri itu membuka pintu bagi insan pesantren untuk turut andil sebagai bagian dari aparat penegak hukum. Kendati demikian, ia juga tidak menutup mata bahwa ada kemungkinan para santri akan menghadapi tantangan integritas saat masuk ke dalam institusi kepolisian. 

“Apakah santri ketika masuk di kepolisian bisa mengubah wajah Polri ataukah sebaliknya dia dipengaruhi oleh yang seringkali juga disebut para pengamat ada cara-cara yang tidak baik,” kata Marzuki saat dihubungi, pada Sabtu, 8 Februari 2025. 

Alih-alih mengubah kepolisian, Marzuki khawatir apabila para santri justru terbawa arus. Namun, ia menaruh keyakinan bahwa santri yang telah dididik berdasarkan prinsip kejujuran dan taat terhadap aturan termasuk agama dapat memberikan warna baru bagi kepolisian. Dengan demikian, tutur dia, para santri dapat menjaga integritas, prinsip keadilan, dan tujuan penegakan hukum dengan baik. 

Berkaca dari komitmen kebangsaan mereka, ia bahkan optimistis santri dapat memperkuat nasionalisme dalam Polri. “(Saya) berharap nilai-nilai pesantren yang diajarkan itu bisa mempengaruhi kepolisian lebih baik bukan sebaliknya.”

Soal perekrutan, menuturkan Marzuki agar para santri di bawah pengawasannya yang ingin menjadi polisi tidak diharuskan mengikuti tahapan seleksi sedari awal seperti bergabung dalam akademi kepolisian atau Akpol. Musababnya, mereka telah menempuh pendidikan sarjana 

“Kalaupun misalnya nanti menjadi kepolisian saya kira bukan dari nol bukan dari akpol.” Ia mengatakan para santri justru bisa berkontribusi memberikan pembinaan mental. Hingga kini, Marzuki menyatakan belum ada lulusan pondok pesantren perguruan tinggi itu yang mengabdi kepada negara sebagai personel polisi. “Belum ada yang tertarik.”

Dalam keterangan resminya, Kapolri tidak ingin polisi hanya memahami tugas kepolisian saja. Dia berharap polisi mempunyai kematangan karakter untuk mampu mengayomi dan menjadi contoh masyarakat. Ia yakin bahwa para santri bisa memenuhi keinginannya. “Karena dibekali iman yang kuat, sehingga pada saat menghadapi tantangan godaan semuanya bisa bertahan,” ucap Sigit melalui keterangan resminya, Rabu, 5 Februari 2025.

Dalam keterangan resminya, Kapolri tidak ingin polisi hanya memahami tugas kepolisian saja. Dia berharap polisi mempunyai kematangan karakter untuk mampu mengayomi dan menjadi contoh masyarakat. Ia yakin bahwa para santri bisa memenuhi keinginannya. “Karena dibekali iman yang kuat, sehingga pada saat menghadapi tantangan godaan semuanya bisa bertahan,” ucap Sigit melalui keterangan resminya, Rabu, 5 Februari 2025.


Alif Ilham Fajriadi berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus