Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Markayak, perayu gaya solo

Penipuan gaya baru di solo, menipu dengan cara keroyokan. dipimpin dimun, 29. 15 orang anggotanya terjaring polisi. rata-rata melakukan penipuan 95 kali setahun. (krim)

5 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM perjalanan Yogya - Solo, dua wanita penumpang Colt memaki habis-habisan karena muka mereka diludahi Dimun, penumpang kendaraan itu juga. Tanpa merasa bersalah, Dimun malah tersenyum. "Jangan marah mBakyu," kata Dimun tenang, "ini tandanya mBakyu mau dapat rezeki." Wanita itu pun terheran-heran. "Percayalah, dia orang ampuh," komentar seorang laki-laki yang ternyata kawan Dimun. Lalu Dimun berlagak bagai dukun. Masih di atas kendaraan yang sedang berjalan itu, dengan suara parau ia berkata, "kamu jangan takut padaku. Kulihat sinar menerangi rambutmu. Heh ... heh." Dan sekali lagi Alap, kawannya, meyakinkan bahwa Dimun memang dukun ampuh. Sandiwara pun berhasil dan kedua wanita itu, Ny. Mul dan Ny. Din, tak jadi marah. Merasa di atas angin, Dimun melanjutkan sandiwaranya sambil memejamkan mata dan manggut-manggut. "Daganganmu akan laris," kata Dimun. Dia pun terus mengoceh tentang keberuntungan yang bakal didapat wanita yang ternyata pedagang batik di Solo itu. Setelah merasa cukup bisa meyakinkan calon korbannya, Dimun minta uang kertas ratusan kepada Ny. Din. "Jika uang itu kau belanjakan, atau untuk berdagang, akan berlipat keuntungannya," katanya sambil memejamkan mata dan mencium uang itu. Sementara itu kawannya yang bernama Alap tadi mengeluarkan uang puluhan ribu. Dimun mencium uang dari kawannya itu pula. "Gunakan uang itu untuk dagang," ujarnya tetap dengan suara parau. Dan katanya lagi, "jangan untuk beli lotere karena bisa bangkrut." Ny. Mul mulai terpikat. Ia segera menyodorkan dompetnya agar dicium "dukun" itu. Dimun segera mengambil dompet itu. "Wah, nanti Nyonya pasti tambah kaya," Alap membumbui lagi. Kejadian selanjutnya mudah diduga. Malam Jumat dompet dibuka dan uang Ny. Mul yang semula Rp 200.000 tinggal Rp 35.000. Milik Ny. Din yang semula Rp 150.000 tinggal Rp 25.000 saja. Tapi kedua wanita ini tidak merasa ditipu. "Malah dagangan kami tambah laris," komentar kedua wanita itu. Hal yang sama dialami Harnokusumo. Kali ini agak lain walau dilakukan oleh orang yang sama, Dimun dan Alap. Berpura-pura sebagai orang sakti, kedua orang itu bertamu ke rumah Harnokusumo. Dimun beraksi mula-mula dengan menyebut nama semua anggota keluarga Harnokusumo. "Dia tahu nama itu, katanya, dari keris yang dibawanya," tutur Harnokusumo pada TEMPO kemudian. Harnokusumo mengaku, saat itu, ia percaya keris itu memang sakti hina di belinya Rp 200 ribu. "Ternyata, keris palsu yang harganya murah," ujarnya kesal. Korban lain yang terkena perempuan gaya halus ini adalah Ny. Probo, pengusaha batik di Solo juga. Si dukun palsu, Dimun bersama kawannya seorang wanita, datang bertamu pada Ny. Probo seolah mau membeli batik. Dengan bergairah Ny. Probo mengeluarkan semua batik halusnya. Dengan bahasa Jawa yang halus, wanita itu meminta Ny. Probo mengajari dia cara memakai kain batik dengan benar dan luwes, seperti putri Solo. Ny. Probo mempersilakan wanita itu masuk ke kamarnya. Saat itulah komplotannya yang berada di ruang tamu mengangkuti 70 lembar kain batik halus seharga Rp 1,5 juta. Sementara Ny. Probo masih membenahi kain di kamar, wanita itu pun keluar dan kabur bersama kawanan penipu. Polisi di Solo mengatakan komplotan penipu ini dikenal dengan Markayak. Artinya, menipu dengan cara keroyokan. Pimpinannya Dimun alias Teguh, 29. Mereka ternyata sudah cukup lama berkomplotan, konon, sejak 1970. Rata-rata mereka melakukan kasus penipuan 95 kali setahun. Pekan lalu, 15 orang anggotanya terjaring polisi. Tapi wanita yang turut menguras batik Ny. Probo belum tertangkap. Kenapa dinamakan Markayak? "Saya tak tahu. Itu nama aneh, tapi enak didengar," ujar Dimun pada TEMPO. Sebagai pimpinan Markayak, Dimun alias Teguh, sudah tiga kali ini ditahan untuk kasus yang sama. "Saya bisa lenyap dari tahanan ini," Dimun sesumbar pada TEMPO. Karena ilmu mistik, atau karena kelihaiannya mencari jalan kabur?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus