Bandit bajing loncat semakin rakus menggarong muatan truk yang menempuh jalur utara Jawa Barat. Polda Jawa Barat menurunkan pasukan Brimob untuk memburu mereka. JALAN-JALAN jalur utara Jawa Barat semakin rawan saja bagi awak truk. Ancaman bajing loncat- julukan untuk penjahat yang suka menyatroni truk- semakin menggila. Penjahat spesialis itu tak lagi hanya menjarah barang-barang berharga, tapi tak segan-segan membunuh sopir dan kernet truk. Karena itu, akhir-akhir ini, menjelang tengah malam, di jalur Cikampek-Purwakarta-Bandung-Cirebon, tampak pemandangan beberapa truk gandengan yang sarat dengan muatan berjalan beriringan bak konvoi. Sekali-sekali rombongan truk itu berhenti di warung remang-remang di pinggir jalan. Kalau berangkat, mereka lagi-lagi berkonvoi. Celakanya, rombongan truk-truk itu sering pula menimbulkan kemacetan. Beberapa kilometer menjelang masuk Cirebon, misalnya, rombongan truk itu biasanya memperlambat kecepatannya. Kemacetan tak terhindarkan. Kesempatan itu tak disia-siakan pula oleh para bandit untuk meloncat ke bak-bak truk. Tampaknya, bandit-bandit itu berpenciuman tajam. Mereka tahu truk yang bermuatan barang elektronik, suku cadang mobil, bahan kimia, tekstil, dan mana yang hanya bermuatan Indomie. Kalau sedang sepi, Indomie pun mereka sikat. Menurut seorang pengemudi truk gandengan, Katirin, 35 tahun, walau pun mereka sudah berjalan beriringan, belum jadi jaminan aman dari bajing loncat. "Mereka tak segan-segan mengancam sopir truk untuk berjauhan," kata Katirin. Suatu kali di daerah Cirebon, Katirin pernah memergoki kawanan bajing loncat sedang menjarah truk yang melaju di depannya. "Ketika itu saya sengaja memberi kode lampu. Rupanya, kawanan bandit itu tahu kalau saya memberi kode. Mereka bukannya takut, malah mengancam saya dengan mengacungkan celurit. Saya pun lalu menjauh," cerita lelaki tinggi besar dan berkumis tebal ini. Sejak itu, setiap melalui jalur utara, sopir asli orang Jawa Timur itu tak pernah lepas dari seragam khas Maduranya, ikat kepala lurik lengkap dengan seragam hitam-hitam. "Seragam ini hanya untuk menakut-nakuti saja, siapa tahu mereka mengira saya carok," ujarnya terkekeh, sambil membetulkan letak goloknya dari balik jok. Ketakutan Katirin itu sudah merupakan kecemasan umumnya kalangan sopir truk jalur utara Jawa Barat. Sopir truk Samiran, misalnya, empat bulan lalu mengaku, tanpa disadarinya, kebobolan ketika membawa 140 dus berisi cat, senilai Rp 1,2 juta, dari Jakarta ke Surabaya. Sebenarnya, katanya, sebelum masuk daerah Tegal dia sudah curiga karena dihalangi-halangi sebuah sepeda motor. "Tapi, kalaupun saya tahu ada bajing loncat, saya juga tak berani melawan," katanya lugu. Sopir truk Kadar, 50 tahun, yang sudah 20 tahun lewat jalur utara itu, membenarkan kawanan bajing loncat itu akhir-akhir ini semakin beringas. "Tadinya mereka hanya memindahkan barang, sekarang mereka mengancam nyawa kami," katanya. Lain lagi pengalaman sopir truk Endang, 35 tahun. Suatu ketika, ceritanya, ia dicegat rombongan orang yang membawa sekop dan pacul. Endang mengira mereka kuli pasir. Namun, begitu mendekat, mereka secara serempak ramai-ramai menarik terpal yang menutupi barangnya. Untung, dia cepat tancap gas. Yang lebih tragis nasib yang menimpa sopir truk Soma bersama kernetnya, Rus, awal puasa lalu. Mayat kedua awak truk perusahaan angkutan Jaya di Bandung itu ditemukan tersuruk di pinggir jalan di daerah Subang, sementara truknya ditemukan dua minggu kemudian di daerah Ciamis. Muatannya, tekstil, tak diketahui lagi rimbanya. Kepala Direktorat Serse (Kaditserse) Polda Jawa Barat, Kolonel Dasoeki, membenarkan bahwa aksi kawanan bajing loncat selama satu tahun terakhir ini meningkat, baik kualitas maupun kuantitasnya. Mereka, katanya, tak sekadar menguras barang-barang di atas truk yang sedang berjalan seperti selama ini. Jauh lebih nekat, mereka bahkan berani memerintahkan sopir truk agar berhenti, kemudian menguras barang-barangnya. "Belum lama ini, mereka berhasil membawa kabur 60 kulkas. Jelas tak mungkin mereka bisa memboyong barang besar itu kalau truk dalam keadaan berjalan," ujarnya. Karena ancaman penjahat itu semakin menjadi-jadi, menurut Kolonel Dasoeki, Polda Jawa Barat belum lama ini menggalakkan "Operasi Lintas Desa". Operasi yang melibatkan pasukan Brimob ini menyisir desa-desa yang diduga sarang bajing loncat. Hasilnya, sejak akhir bulan lalu, Polda Jawa Barat berhasil menjaring 13 pelaku bajing loncat. Mereka ada yang diringkus gara-gara menjarah barang-barang elektronik sebanyak 32 dus berisi radio tape, suku cadang skuter, dan beberapa barang pecah belah. Terakhir, Selasa pekan lalu, polisi meringkus dua orang bajing loncat yang menjarah truk bermuatan biskuit di daerah Indramayu. Nah, yang membuat repot polisi, konon, sebagian besar sopir truk yang menjadi korban bajing loncat enggan melapor ke polisi. Alasannya, melapor ke polisi malah bisa membuat urusan jadi ruwet. "Bisa-bisa kami dicurigai bekerja sama dengan bajing loncat itu," kata Samiran. GT, dan Riza Sofyat (Biro Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini