Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang santri berinisial NW ditemukan meninggal di Pondok Pesantren Al Muawanah Lampung pada Rabu, 23 April 2025 lalu. Sebelum meninggal dunia, korban sempat menceritakan soal perundungan yang ia terima. Hanya saja kala itu pihak keluarga tidak ambil pusing dengan keluhan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Karena satu keluarga memang pernah merasakan yang namanya bullying, perundungan-perundungan kecil, tapi kita survive. Mungkin disitu kita mengentengkannya,” tutur Bennary kakak kandung korban, Bennary Josian, saat dihubungi Tempo lewat sambungan telepon pada Ahad, 27 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain itu, kata Bennary, adiknya juga bercerita sempat menceritakan permasalahannya dengan salah satu ustad di pondok pesantren tersebut. “(Almarhum) ada omongan kalau di pondok itu dia ada gak suka sama satu ustad,” ujar Bennary.
Bennary mengatakan, mendapatkan beberapa informasi bahwa pondok pesantren tempat adiknya bersekolah tersebut diisukan banyak terjadi kasus perundungan. Hanya saja, informasi tersebut sengaja ditutup-tutupi. "Ditutupi rapat-rapat, jangan sampai ketahuan media. Dan ini yang dilakukan Pondok Pesantren Al Muawanah sepertinya,” ucapnya.
Menurut Bennary, ada kesan pihak pondok pesantren berusaha untuk menutup-nutupi persoalan tersebut untuk menjaga nama baik mereka. Dia menilai ada cerita yang dibuat-buat untuk bisa menutupi cerita asli di balik kematian almarhum yang tragis tersebut.
Kecurigaan tersebut muncul karena Bennary mendengar cerita bahwa adiknya sudah sedari lama menunjukkan indikasi akan melakukan bunuh diri. Percobaan bunuh diri tersebut terlihat dari tingkah almarhum yang seringkali melilitkan tali ke jemarinya sampai berubah menjadi biru.
“Seolah-olah nanti kecelakaan, bunuh diri. Itu pasti bohong,” kata Bennary. “Ketahuan banget (bohong) biar gak merasa bersalah.”
Bennary sendiri bercerita, ia pada awalnya dihubungi oleh pihak Pondok Pesantren Al Muawanah untuk segera datang ke Rumah Sakit Azizah Metro, Lampung. Namun, kala itu Bennary belum mendapatkan alasan yang jelas mengapa dirinya diminta datang. “Belum kasih tahu ada apa-apa. Saya berangkat, tiba-tiba nyampe rumah sakit itu adik saya sudah tidak ada,” kata Bennary.
Berdasarkan kronologi dari pihak Pondok Pesantren Al Muawanah, almarhum disebut sempat izin ke toilet di tengah-tengah jam pembelajaran. Tidak begitu lama dari itu, korban ditemuka tidak bernyawa dengan kondisi leher terlilit sabuk bela diri berwarna kuning di kamar tidurnya. “Pukul 10 atau jam 11 gitu, (almarhum) izin ke WC. Gak balik-balik ke kelas. Sekitar jam 12 saya ditelepon disuruh ke rumah sakit,” tutur Bennary.
Pilihan Editor: Yang Luput dari Penyidikan Polisi dalam Kasus Pagar Laut