Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pesawat latih jenis Tecnam P2006T dengan nomor registrasi PK-IFP jatuh di kawasan lapangan Sunburst, BSD City, Tangerang Selatan pada Minggu, 19 Mei 2024. Pesawat jatuh itu milik kelompok penerbangan Indonesia atau Indonesia Flying Club.
Tiga awak pesawat itu, yaitu pilot, kopilot dan teknisi, meninggal dalam kecelakaan pesawat latih itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Spesifikasi Pesawat Tecnam P2006T
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tecnam P2006T merupakan pesawat yang dibuat oleh Costruzioni Aeronautiche Tecnam yang berbasis di Capua, Italia, dekat Napoli. Pesawat ini bermesin ganda dengan sertifikat CS/FAR 23 IFR, baik pada bagian kokpit analog maupun kacanya.
Pesawat ini banyak digunakan oleh organisasi pelatihan penerbangan di berbagai negara, termasuk oleh lembaga penerbangan sipil Uni Eropa (EASA) dan Amerika Serikat (FAA).
Memiliki baling-baling berkecepatan konstan dan roda gigi yang dapat ditarik, Tecnam P2006T menawarkan pengalaman pelatihan dengan biaya lebih rendah dibandingkan pesaingnya. Biaya yang dimaksud terdiri dari biaya akuisisi, biaya pengoperasian, dan pemeliharaan.
Selain itu, Tecnam P2006T diklaim menghadirkan fleksibilitas tinggi terhadap bahan bakar penerbangan dan otomotif (kadar etanol hingga 10 persen), dengan kapasitas tangki 200 Liter yang memberikan daya tahan selama lima jam. Kapasitas muatan tinggi dengan program penghematan bobot khusus dan rentang kecepatan yang luas.
Panjang bodinya hanya sekitar 8,7 meter, tinggi 2,58 meter, lebar sayap 11,4 meter, dan luas area 14,8 meter persegi. Bagian pintu utama mempunyai lebar 634 milimeter, tinggi 970 milimeter, dan kapasitas tempat duduk maksimal empat orang.
Tecnam P2006T memiliki daya jelajah maksimal 150 knot (278 kilometer per jam), kecepatan kios (flap down power off) 55 knot (102 kilometer per jam), plafon praktis 4.267 meter, lepas landa 301 meter, jarak lepas landa 394 meter, tingkat pendakian 5,3 meter per detik, dan jangkauan hingga 1.240 kilometer.
Pesawat yang ditaksir dengan harga US$ 625.000 atau sekitar Rp 9,3 miliar (kurs Rp 15.000) untuk kondisi baru itu memiliki berat kosong 877 kilogram dan berat lepas landas maksimum 1.230 kilogram. Untuk kondisi bekasnya, harga jualnya mulai dari US$ 350.000 sampai US$ 520.000 atau Rp 5,25 miliar sampai Rp 7,8 miliar.
Sekilas Indonesia Flying Club
Sebagai pemilik Tecnam P2006T yang jatuh di kawasan BSD City, Tangerang Selatan, Indonesia Flying Club menyebut dirinya sebagai organisasi nirlaba dengan OC-91-022. Organisasi tersebut bertujuan untuk memberikan akses terjangkau bagi penggemar dunia dirgantara.
Dimulai dari rombongan penggemar olahraga kedirgantaraan yang menggunakan pesawat eksperimental, yaitu Halim Phillips Soelistio, Nurrachman Pudjo Basuki, Firman Darmawan, Chepy R. Nasution, dan Faisal Adrian Zein, Indonesia Flying Club resmi dibentuk pada 13 April 2004.
Indonesia Flying Club menyediakan tiga unit khusus bersertifikasi Cessna 152/PK-IFC, Cessna 152/PK-A316, dan Cessna 172/PK-IFD, serta pesawat eksperimental seperti seri Jabiru, Searey Amphibious, dan Tecnam. Dengan penyediaan armada dan fasilitas hanggar, organisasi mempunyai motto “Berani Terbang Lebih Tinggi”.
Dalam menjalankan kegiatannya, Indonesia Flying Club bekerja sama dengan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) melalui hibah pesawat Cessna 152/PK-SFR kepada FASIDA Provinsi Pekanbaru. Selain itu, aktif mengembangkan olahraga kedirgantaraan bersama Jogja Flying Club dengan berbagi unit pesawat Jabiru J430/PK-S264.
Kegiatan rutinan Indonesia Flying Club di antaranya Joyflight di langit Pondok Cabe dan mengikuti Cross Country. Adapun beberapa kegiatan Cross Country yang pernah diikuti dilaksanakan di Malaysia, Aero Sport Buleleng Fly-in (2001-2006), dan Pekanbaru Aero Sport Show (2004).
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: Tak Dibelikan iPhone Harga Rp 50 Juta, Syahrul Yasin Limpo Minta ke Pejabat Lain Dibelikan yang Rp 34 Juta