Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

TGIPF Sebut KLB Tak Membuat PSSI Penuhi Rekomendasi Tragedi Kanjuruhan

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengungkapkan alasannya mempercepat KLB adalah rekomendasi TGIPF tragedi Kanjuruhan.

4 November 2022 | 13.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat olahraga yang ikut dalam Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan, Akmal Marhali, mengatakan Kongres Luar Biasa yang akan digelar oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), tak membuat lembaga tersebut memenuhi rekomendasi TGIPF. Sebab menurut Akmal, TGIPF meminta seluruh pengurus PSSI mengundurkan diri dahulu sebelum menggelar kongres.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"KLB direkomendasikan oleh TGIPF kalau pengurus PSSI mengundurkan diri, terjadi kekosongan kekuasaan, maka pilihan terbaik mengadakan pemilihan pengurus baru (melaui KLB), kan seperti itu," ujar Akmal saat dihubungi Tempo, Jumat, 4 November 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akmal menganggap KLB yang akan digelar pada Maret 2023 merupakan akal-akalan para pengurus PSSI saja. Menurut dia, PSSI hanya ingin menunjukkan seolah-olah telah memenuhi rekomendasi TGIPF tragedi Kanjuruhan soal pembenahan kepengurusan PSSI.

Sebab jika tidak memenuhi rekomendasi itu, TGIPF merekomendasikan kepada pemerintah agar kompetisi sepak bola Indonesia seperti Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 tidak diizinkan.

"Tapi nanti kalau habis demisioner, lalu (pengurus PSSi saat ini) terpilih lagi di kongres, kan sama saja. Jadi pertanyaannya, KLB ini tulus untuk menahan atau sebagai alat negosiasi? Jangan karena KLB ini semua kasus Kanjuruhan tutup buku, jadi pemerintah harus antisipasi," kata Akmal. 

Sementara itu Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengungkapkan alasannya mempercepat KLB adalah rekomendasi TGIPF. Ia berharap kompetisi bisa segera digulirkan kembali jika federasi sepak bola menggelar KLB.

"Saya sudah berpikir matang, saya tidak ingin banyak korban. Pertama, ekosistem marwah sepak bola ada di kompetisi. Kompetisi itu banyak menghidupi orang yang hidup menggantungkan pada sepak bola," kata pria yang akrab disapa Iwan Bule itu dalam wawancara eksklusif dengan Tempo, Senin, 31 Oktober 2022.

Menurut Iwan, dengan bergulirnya kompetisi, maka akan ada perputaran uang di berbagai sektor. Seperti hotel tempat atlet dan penonton menginap hingga restoran di sekitar stadion.

"Jadi banyak sekali yang bergantung pada sepak bola. Saya berpikir, di dalam rekomendasi TGIPF, pemerintah tidak mengizinkan kompetisi bergulir kalau PSSI belum menggelar KLB. Itu salah satu syarat," kata Iwan.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus