J.Z. LOUDOE, Hakim Anggota pada PN Jakarta Pusat.
Ia membuka-buka pintu kamar rumahnya dan mengatakan: "Ya,
inilah seluruh kekayaan saya." Rumahnya di Jalan Penjernihan
IV, Jakarta Pusat, luasnya sekitar 200 mÿFD. Pada
lorong-lorongnya terletak rak yang dipenuhi buku-buku hukum.
dua buah piano terletak di ruang tamu di antara kursi yang
berkesan mewah. Di garasi terparkir sebuah Toyota Hardtop dan
Honda Accord.
"Kenapa ribut-ribut dengan semuanya ini -- yang punya rumah
lebih 2000 mÿFD didiamkan saja?" selanya. Mendaki pensiunnya,
usianya 55 tahun, putra Flores ini penasaran dengan tindakan
Menteri Kehakiman Moedjono. "Saya belum memikirkan yang lain,"
katanya, "selain rehabilitasi terhadap nama baik dan jabatan
saya."
Karena, betapapun, ia tak merasa bersalah sehingga pantas
dirumahkan begitu saja. Bersumpah pun berani, katanya, ia tak
pernah memperdagangkan vonis atau penyelewengan sebangsanya.
Sebagai pegawai negeri berpangkat IVC, ditambah berbagai
tunjangan, penghasilan yang dibawa ke rumah memang hanya sekitar
Rp 200 ribu. Tapi, tambahannya ada saja: "Semata-mata rezeki
dari Tuhan," katanya. "Mana ada pejabat di Jakarta yang tak
hidup dari rezeki Tuhan?" katanya tanpa menjelaskan arti "rezeki
Tuhan" tersebut.
Tapi tak dibantahnya memang ada rezeki berupa "tanda terima
kasih" dari pencari keadilan, yang merasa puas dengan beberapa
ketukan palunya.
Dan lagi, katanya, bukan sekarang ini saja hidupnya enak -- bisa
main golf tiga kali seminggu. "Dulu," katanya, "saya berangkat
sekolah naik motorpit BMW atau sedan Consul."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini