Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menampilkan data bahwa Indonesia memproduksi sampah sebanyak 67,8 juta ton pada 2021. 17 persen di antaranya atau sekitar 11,6 juta ton disumbang oleh sampah plastik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, Danone-AQUA memperkenalkan program Inclusive Recycling Indonesia (IRI), yaitu program daur ulang sampah plastik di Indonesia dengan mengembangkan kerja sama unit-unit bisnis pengumpulan sampah plastik, mengoptimalkan produktivitas fasilitas pengelolaan sampah berbasis masyarakat, membangun kerja sama dengan industri daur ulang dan perusahaan-perusahaan swasta, meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait pengelolaan sampah, serta meningkatkan kesejahteraan pemulung yang merupakan salah satu komponen penting dalam pengelolaan sampah di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Program IRI diinisiasi oleh Danone Ecosystem, Danone-AQUA, Veolia Services Indonesia, dan Yayasan Pembangungan Citra Insan Indonesia (YPCII) merupakan bagian dari gerakan #BijakBerplastik yang diusung oleh Danone-AQUA sebagai bentuk komitmen mendukung Gerakan Indonesia Bersih dan sebagai platform pengembangan ekonomi sirkular di Indonesia,” ujar Jeffri Ricardo - Packaging Circularity Senior Manager Danone Indonesia.
Melalui IRI, Danone-AQUA berupaya memperkuat pilar-pilar utama dari #BijakBerplastik melalui pengumpulan, edukasi, dan inovasi. IRI juga mendukung visi #BijakBerplastik, yaitu mengumpulkan plastik lebih banyak dari yang digunakan pada tahun 2025.
Adapun metodenya yakni mengumpulkan botol plastik dari beberapa sumber pusat penyortiran kota (TPS3R) dan mitra pengumpulan. Kemudian dibawa ke mitra bisnis daur ulang Danone-AQUA untuk diolah menjadi bahan baku untuk campuran pembuatan botol baru (close loop). Melalui proses siklus daur ulang ini, program IRI berkontribusi mendukung target AQUA meningkatkan kandungan daur ulang di kemasan sebesar 50 persen pada 2025. (*)