Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL — PT Pembangunan Jaya Ancol menyelenggarakan Sayembara Desain Arsitektur Masjid Apung Taman Impian Jaya Ancol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fungsi dan tujuan sebuah masjid menjadi langkah pertama yang wajib dipikirkan arsitek saat merancang tempat ibadah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Masjid pada hakikatnya harus memenuhi sejumlah kriteria, antara lain sesuai dengan fungsi dan tujuan. Karena untuk tempat ibadah, jadi didasarkan pada takwa. Berikutnya, menghindari identitas yang terpengaruh agama lain. Masjid juga tak boleh mubazir, tapi tak boleh melupakan estetika,” ujar Arsitek profesional Fauzan AT Noe'man.
Fauzan mengatakan hal itu kepada para peserta yang hadir pada acara Ngobrol @Tempo bertema “Menemukan Konsep Desain Arsitektur Asli Masjid Indonesia” di Candi Bentar, Putri Duyung Resort, Ancol, Senin, 30 September 2019. Fauzan adalah putra dari Ahmad Nu’man, perancang masjid legendaris Indonesia sejak era 1960-an.
Desain arsitektur masjid menjadi perhatian selama beberapa tahun terakhir ketika muncul bentuk baru, yang disebut lebih kontemporer, dan meninggalkan paradigma lama: masjid harus memiliki kubah.
Sejumlah bangunan masjid menjadi kontroversi karena dipandang mengandung unsur yang jauh dari islami. Masjid Al Safar rancangan Ridwan Kamil, contohnya.
Rekan seprofesi Fauzan, Presiden Direktur Akronim, Achmad Noerzaman mengingatkan, Nabi Muhammad SAW membangun masjid pertama di Kuba dengan tiang dari batang pohon kurma. “Jadi, tak ada kubah saat itu,” ujarnya.
Penjelasan Noerzaman pernah ditulis Keppel Archibald Cameron Cresswell dalam bukunya Early Muslim Architecture.
Cresswell yang membuat rekonstruksi ulang menemukan masjid yang dibangun Nabi Muhammad kala itu sangat sederhana, hanya berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas di sekelilingnya.
Kubah yang seolah jadi simbol Islam baru muncul belakangan. Di Indonesia, kubah masjid dipakai pada era kesultanan Aceh sekitar tahun 1823-an.
Sebelumnya, masjid justru menyerap bentuk bangun daerah sekitar. Misalnya, di Jawa bentuk atap limas dan segitiga lazim dipakai. “Jadi, jangan bilang bukan masjid kalau enggak ada kubah,” ujar Noerzaman.
Acara Ngobrol @Tempo ini sekaligus kick off lomba "Sayembara Gagasan Desain Arsitektur Masjid Apung Taman Impian Jaya Ancol" berhadiah total ratusan juta rupiah.
Rinciannya sebagai berikut: Pemenang I mendapatkan Rp 60 juta, Pemenang II memperoleh Rp 20 juta, Pemenang III dan IV menerima Rp 15 juta, serta finalis terpilih masing-masing Rp 5 juta.
Dari seluruh karya yang masuk, akan dipilih delapan karya terbaik sebagai finalis. Mereka diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan karyanya dan akomodasi finalis ditanggung penyelenggara.
Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol, Agus Sudarno, menjelaskan gagasan sayembara berdasarkan visi tempat rekreasi tersebut yang ingin menyediakan semua kebutuhan pengunjung sekaligus memberi kesempatan pada arsitektur muda menunjukkan kemampuannya.
“Kami mengharap lomba ini jadi wadah bagi siapa pun, bahkan generasi milenial menampilkan karyanya. Ibaratnya, ini jadi panggung untuk mereka. Ancol sudah menyediakan, nih, silakan dimanfaatkan. Bikin rancangan masjid yang mewakili generasi kalian,” ujarnya di sela acara.
Lomba ini boleh diikuti seluruh lapisan masyarakat, terkhusus pelaku desain. Harapannya, desain yang terpilih sebagai pemenang dapat diimplementasikan lebih lanjut.
Masjid Apung Ancol, menurut Agus Sudarno, bakal dibangun di pantai timur Ancol dengan luas mencapai 2.000 meter persegi. Kajian menyeluruh, termasuk keamanan terhadap bencana akan dilakukan seiring keberlangsungan sayembara hingga pemenang lomba terpilih.
Dewan juri yang terlibat, yakni Achmad Noerzaman, Tateng K. Djajasudarma, selaku Direktur Wiratman Architecture, dan anggota IAI, Puguh Harijono.
Pendaftaran lewat alamat berikut: bit.ly/infomicrositeancol (*)