Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ini Tiga Model Revitalisasi SMK yang Digagas Ridwan Kamil

Tiga model yang menjadi opsi revitalisasi sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jabar untuk meningkatkan keterserapan siswa di dunia kerja.

23 Oktober 2019 | 10.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menghadiri Seminar Revitalisasi SMK di Bandung, Selasa, 22 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO JABAR — Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil atau Emil, memaparkan tiga model yang menjadi opsi revitalisasi sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jabar untuk meningkatkan keterserapan siswa di dunia kerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Model pertama, kata gubernur, yakni pemerintah membangun fisik dan fasilitas sekolah sementara kurikulum dibuat oleh industri. "Jadi, ada kurikulum Samsung, Hyundai, Astra, dan lain- lain, yang penting mereka yang dilatih bisa sesuai dengan kemajuan teknologi yang dipakai di industri," kata Ridwan Kamil saat menghadiri Seminar Revitalisasi SMK di Bandung, Selasa, 22 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Model ini, lanjut Emil Ridwan Kamil, menciptakan kesinambungan dan keselarasan antara materi yang diajarkan di sekolah SMK dan industri.

Model kedua, yakni merancang kampung ilmu multifungsi dengan mengiintegrasikan pendidikan formal dan informal. Sehingga, siswa akan terlatih untuk mampu melakukan inovasi secara mandiri. Untuk model kedua ini, Ridwan Kamil mencontoh model Kampung Ilmu yang digagas sosiolog yang juga Ketua Pengurus Yayasan Nurani Dunia, Imam Prasodjo, di Desa Cisarua, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Di sana, sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) terintegrasi dengan pusat-pusat pembelajaran komunitas informal di sekitarnya.

Model ketiga, tambah Ridwan Kamil, yakni teaching factory, konsep pembelajaran yang menghadirkan kondisi rill seperti aktivitas produksi di industri. "Model ini diberlakukan untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan sekolah dan kebutuhan industri," kata Emil.

Dia menjelaskan, dengan proses pembelajaran teaching factory, siswa dapat belajar dan menguasai keahlian atau keterampilan yang dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar kerja industri sesungguhnya. "Produk-produk yang dibuat para siswa sebagai proses belajar pun bisa dipasarkan ke masyarakat karena sudah sesuai dengan standar industri," katanya.

Emil menambahkan, pihaknya  juga mendorong  dibukanya jurusan di SMK yang menjadi tren seperti jurusan kopi atau animasi. (*)

Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus