Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi hingga saat ini membuat berbagai kalangan kian gencar meningkatkan sosialisasi dan implementasi terkait green economy atau pembangunan ekonomi yang memperhatikan keseimbangan alam. Hal ini mendesak dilakukan karena menjadi kunci survival kemaslahatan manusia terutama di situasi pandemi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo Media menyelenggarakan diskusi virtual bertajuk “Inisiatif Lokal untuk Indonesia Hijau” Rabu, 5 Mei 2021. Diskusi ini menampilkan sosok para pemimpin di berbagai level, komunitas maupun kepala daerah, yang berani mengambil inisiatif menuju wajah Indonesia yang lebih hijau dengan berbagai program dan kebijakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun narasumber yang dihadirkan diantaranya, Juri Program “Green Leadership” KLHK Hariadi Kartodiharjo, Ketua Perempuan Adat, Kampung Sawesuma Novita Aru, Founder Mama Sorgum, Mama Loretha dan Kepala Bappeda Kabupaten Siak Wan Yunus.
Hariadi Kartodiharjo mengatakan secara agregat upaya ekonomi yang mampu memperbaiki kualitas lingkungan hidup memang belum terlihat secara fundamental dalam pembangunan. Namun, kata dia, bukannya tidak ada terobosan-terobosan untuk mengatasi kendala tadi. Terutama upaya masayarakat di akar rumput.
“Banyak juga kendala oleh pimpinan di daerah-daerah beserta masyarakat dan nonpemerintah yang aktif membantu pembangunan berkelanjutan,” kata Hariadi yang juga guru besar Institut Pertanian Bogor. “Meski begitu kita punya champions, inovasi dan beberapa hal yang ditemukan secara genuine di daerah untuk mengatasai masalah lingkungan.”
Salah satunya seperti yang dilakukan Maria Loretha. Wanita berumur 46 tahun yang akrab dipanggil dengan sebutan Mama Sorgum ini dengan giat ingin membuat sorgum kembali menjadi panganan masyarakat lokal sehingga masayarakat memiliki ketahanan pangan. “Jadi, inisiatif itu harus dimulai dari masyarakat dari petani itu sendiri,” kata Mari Loretha di acara diskusi yang dimoderatori News Anchor Amelia Yachya.
Menurut Mari Loretha, ketika masyarakat sudah memulai mewujudkan ketahanan lumbung pangan keluarganya, bisa dengan mendorong untuk mandiri pangan berbasis desa. Dia mengaku, kunci memotivasi masyarakat untuk membangun pangan lokal adalah dengan mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat.
“Jadi Ketika saya jadi penggagas, saya tidak bergaya seperti mandor. Artinya saya terjun langsung. Ketika di NTT ini iklim yang terus berubah maka ini sorgum ini menjadi alternatif jadi tepung,” ujarnya Mari Loretha. “Jadi tidak hanya budidaya saja tapi alternatif yang tidak main main dalam situasi seperti ini.”
Tidak hanya Mama Loretha, Novita Aru pun turut membagikan inspirasi, bahwa langkah menuju Indonesia hijau bukanlah sesuatu yang mustahil. Bersama dengan warga desa lainnya di Kampung Sawesuma Distrik Unurum Guay, Kabupaten Jayapura, ia melibatkan perempuan di kampungnya untuk membuat kerajinan tangan dari hasil alam.
“Sebelumnya, perempuan di daerah kami lebih memilih berkebun dan mengurus keluarga saja. Setelah kami membentuk kelompok ini, mulai membuat horden, tas, dan kerajinan lainnya,” kata Novita yang juga Ketua Perempuan Adat di Kampung Sawesuma. “Artinya perempuan pun mampu untuk berkarya dan menghasilkan karya-karya terbaik.”
Novita Aru mengaku terus bertekad bahwa perempuan-perempuan di kampungnya pun harus maju. “Saya selalu duduk dengan mereka berkumpul, itu cara saya berbagi ilmu dengan mereka untuk membuat kerajinan tangan,” ujarnya.
Tim Info Tempo