Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Kerajaan Sanggau merupakan kerajaan di Kalimantan Barat yang masih eksis menjalankan tradisi hingga sekarang. Pembentukan kerajaan yang kini bercorak Melayu Sanggau-Islam ditetapkan pada 1310 Masehi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesepakatan tahun berdirinya Kerajaan Sanggau berdasarkan hasil pertemuan tiga etnis yang terdapat di Sanggau, yaitu Melayu, Dayak, dan Tionghoa pada 26 Juli 2009. Sejarah kerajaan ini memang melibatkan tiga etnis tersebut sehingga pertalian kerukunan di Sanggau terus terjalin turun temurun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerajaan Sanggau didirikan oleh seorang putri bangsawan Kerajaan Sukadana bernama Dara Nantedari Puak Melayu yang menikah dengan pria Dayak setempat bernama Babai Cinga pada abad ke-14. Kemudian dalam perjalanannya, Kerajaan Sanggau bertransformasi menjadi Kesultanan Sanggau yang bercorak Islam.
Untuk memperingati berdirinya Kerajaan Sanggau, setiap tahun digelar Festival Paradje' yakni sebuah tradisi adat yang telah dilakukan masyarakat Melayu di Sanggau sejak dulu. Paradje' kini menjadi acara budaya tahunan Pemerintah Kabupaten Sanggau. Tradisi ini bertujuan untuk menangkal dan menolak bala bencana, serta membersihkan wilayah dari hal-hal yang dianggap dapat membawa kesialan.
Tiap tahun, ribuan masyarakat Sanggau lintas etnis turut memeriahkan kegiatan ini. Rangkaian acara dimulai dari pawai jalan kaki dari pusat kota Sanggau menuju Keraton Surya Negara. Arak-arakan warga membawa sejumlah benda pusaka, sesaji dan panji keraton, disertai dengan pembacaan doa dan salawat. Adapula atraksi tari-tarian.
Berikutnya digelar ritual adat Melayu Sanggau berupa tolak ajong dan tepung tawar. Sebelumnya juga digelar ziarah ke makam raja-raja dan leluhur kerajaan. Turut berziarah pula para tokoh-tokoh adat suku lain, sebagai tanda hormat kepada pendiri kerajaan.
Bupati Sanggau, Paolus Hadi, dalam Festival Paradje' Istana Surya Negara Sanggau, September 2022 lalu, memuji Kerajaan Sanggau dan masyarakat Melayu Sanggau yang mampu menjaga adat-istiadat dan jasa leluhurnya. Hebatnya, hal tersebut tak membuat kadar toleransi dan kebersamaan masyarakat berkurang.
“Kami di Sanggau ini beranekaragam suku, bangsa dan agama tetapi punya satu cita yang sama. Dari dulu, orang Sanggau itu bisa bersahabat, bisa bergaul dengan siapa saja, bisa bergotong royong, dan bisa menjadi saudara, supaya kita bisa unggul,” ujar Bupati dari etnis Dayak ini.
“Di Sanggau, adat dan budaya semua etnis dan suku bangsa dilestarikan dan dikembangkan semaksimal mungkin. Meskipun kami berada di kota kecil, tapi ada sembilan kegiatan budaya dari etnis yang berbeda-beda yang tiap tahun diselenggarakan secara bergiliran.”
Sementara itu, Raja Sanggau Pangeran Ratu Surya Negara Gusti Arman menyampaikan bahwa Festival Ke-14 Paradje' Pesaka Negeri merupakan tradisi budaya leluhur yang ada di Kabupaten Sanggau dan telah diakui secara nasional sebagai warisan tak benda dan Sanggau sebagai kota budaya. (*)