Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mahasiswa Untirta Ikuti Diskusi Kebangsaan Humas MPR

Melawan berita bohong di media sosial yang dapat menimbulkan benih-benih permusuhan dan perpecahan juga salah satu bentuk nasionalisme.

9 Desember 2021 | 16.18 WIB

Mahasiswa Untirta Ikuti Diskusi Kebangsaan Humas MPR
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO NASIONAL- Paham kebangsaan atau nasionalisme muncul di tanah air pada 1908 dengan berdirinya pergerakan Budi Utomo yang bertujuan Indonesia merdeka. Organisasi ini didirikan oleh mahasiswa yang menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Tokoh-tokohnya Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeraji.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Hari berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingai sebagai Hari Kebangkitan Nasional,” ujar Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR, Budi Muliawan saat menjadi narasumber dalam diskusi dengan tema ‘Bangkitkan Semangat Nasionalisme Bagi Generasi Muda’, Sarasehan Kehumasan MPR, ‘Menyapa Sahabat Kebangsaan’ di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Kota Serang, Banten, Sabtu 4 Desember 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Program Pendidikan FH Untirta, Nurikah, Ketua Pelaksana Acara Lili Suriyanti., Kepala Bidang Hukum Tata Negara FH Untirta, Lia Riesta Dewi, serta civitas akademika Untirta.

Menurut alumni Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya ini, sebelumny ada organisasi yang melawan kebijakan pemerintah kolonialisme Belanda yang tidak adil. “Organisasi yang bernama Sarekat Dagang Islam itulahir di Solo, 16 Oktober 1905.

Organisasi yang dibentuk oleh Hadji Samanhoedi itu merupakan perkumpulan pedagang Islam yang menentang politik Belanda yang telah memberi keleluasaan masuknya pedagang asing untuk menguasai sektor perekonomian pada masa itu. Organisasi yang berubah nama menjadi Sarikat Islam ini memiliki tokoh penggerak Hadji Oemar Said Tjokroaminoto.

Budi Muliawan mengungkapkan dinamika pergerakan kebangsaan di tanah air semakin membesar dengan Kongres II Pemuda pada 1928 yang menghasilkan sumpah yang sangat monumental dengan sebutan Sumpah Pemuda. “Ini berlanjut pada gerakan pemuda mahasiswa pada tahun 1945, 1966, dan 1998.Apa yang dilakukan oleh mahasiswa mempunyai dampak yang besar pada bangsa dan negara,” katanya.

Menurut alumni Program Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia itu, nasionalisme sifatnya tidak mononton. Ia bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. revolusi industri pada 1760-1850 berpengaruh besar terhadap perkembangan paham ini. Revolusi industri yang bermula di Inggris membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia seperti pada bidang sosial, budaya, dan ekonomi

Budi Muliawan mengataka menolong orang, peduli sesama, dan gotong royong, juga merupakan semangat nasionalisme. “Membantu orang lain saat pandemi Covid-19 juga merupakan bentuk nasionalisme,” paparnya. Selain itu melawan berita bohong di media sosial yang dapat menimbulkan benih-benih permusuhan dan perpecahan juga salah satu bentuk nasionalisme.

Lia Riesta Dewi menambahkan, nasionalisme tak bisa diukur, dilihat, dan diraba, namun bisa dirasakan. Bila saat menyanyikan lagu Indonesia Raya maka bila ada rasa nasionalisme maka seseorang akan bergetar. “Demikian juga bila ada bendera merah putih maka hatinya juga akan bergetar,” katanya. Nurikah memaparkan  MPR tidak hanya sebagai lembaga negara dalam bidang legislatif namun lembaga yang membangun karakter bangsa.(*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus